Jumat, 20 Desember 2013

Seputih Pasir (Semi Last Part)




     Bibir pucat itu bergetar. Giginya gemeletuk tiba-tiba,
Membuat gadis manis yang kali ini nampak begitu berantakan terbangun meninggalkan bunga tidurnya,

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu tersenyum tipis saat melihat lelaki di hadapannya tampak sedang menatapnya lirih. Bibir lelaki itu bergetar. Ia menggigil.

"aku kedinginan..,"

Yasmin terenyuh sesaat mendengar suara parau jelas tertangkap oleh gendang telinganya. Langsung saja ia tarik selimut yang menutupi kaki lelaki itu untuk dinaikan juga agar menutup badannya.

"masih dingin yas..,"

Yasmin terdiam sejenak. Ia berfikir.

"pake jaket gue ya"

Yasmin membuka jaket switer coklat dari tubuhnya. Ia kibaskan perlahan jaketnya dan ia taruh jaket itu di atas badan Reno yang kini tangannya sedang disilangkan. Menahan dingin.

"masih dingin?" tanya yasmin. Dua Telapak tangannya ia saling tumpukan dengan telapak tangan kanan reno yang bebas jarum infus. Reno tampak tersenyum manis. Yasmin langsung gelagapan pelan saat tak sengaja menangkap senyuman Reno.

"Yasmin..,"

"apa Ren?"

"makasih..,"

"berapa banyak terima kasih yang Lo ucapkan. Sedangkan Gue ngga minat kok ngoleksi kata terima kasih dari orang yang udah gue bantu."

Reno bergeming sejenak untuk meresapi kata-kata Yasmin barusan. Dan ia tersenyum lagi. Senyum jahil.

"tapi Lo mengoleksi setiap jenis senyuman yang gue kasih." goda reno. Suaranya masih terdengar sedikit parau dan putus-putus.

Yasmin menganga, ia bergidik geli sendiri

"apaan sih, modus banget..," gumamnya pelan.

"Yasmin"

"hmm..,?"

"Lo sayang ngga sama gue"

"sayang lah..,"

"yasmin"

"hmm..,"

"yasmin,,"

"apa sih Ren?"

"sampai kapan tangan Lo mampir di tangan gue?"

Pipi yasmin panas. Dicampur dengan guratan merah. Ia membuang muka kesembarang arah; ia salah tingkah.

Reno hanya tertawa kecil dibuatnya.

Pintu terbuka. Terlihat lelaki berpostur jangkung besar berdiri di ambang pintu membawa beberapa snack di tangannya.

"hehe, hai" sapanya sambil menampakan cengiran khasnya.

Ia berjalan ke arah Yasmin dan Reno yang masih stand by pada posisinya masing-masing dan masih menatapnya.

"kok baru dateng?"

"tadi di sekolah ada masalah sedikit"

Reno dan yasmin megernyitkan dahi.

"masalah?"

"eng.. Udah ngga usah dipikir. Nih snacknya. Pasti pada laper"

Rio menaruh beberapa snack ke meja kecil di samping ranjang rumah sakit yang reno tempati.

"thanks Yo.., tau aja gue laper" yasmin membuka salah satu bungkus ciki lalu memakannya lahap seperti orang kesetanan.

Reno hanya tersenyum. Matanya sayu; gara-gara jagain gue Lo jadi kelaperan ngga makan. Maafin gue yas.

"mau ren?" yasmin menyodorkan snack di tangannya ke depan reno. reno hanya tersenyum dan menggeleng pelan.

Sebenarnya ia ingin meraih makanan ringan itu dan memakannya lebih lahap daripada yasmin.
Namun tiba-tiba saja tangannya terasa berat untuk digerakan.

Rio yang sedari tadi sudah memasang posisi duduk di sofa. yang tersedia itu hanya melamun.
Ia memikirkan aksi debatnya tadi di sekolah.

Ya, masalah kecil yang ia katakan, sebenarnya adalah masalah besar !

[Flashback on]

Pemuda yang kini sedang tampak lusuh dan seragam putih dan abu-abu masih melekat di tubuh kekarnya, nampak sedang mengatupkan kedua telapak tangannya. memelas dan menyeringai.
Tidak terima atas sikap guru olahraga yang mencabut jabatan orang yang bisa dibilang cukup penting tanpa alasan. Dan itu terjadi pada sahabatnya.
Guru-guru yang sedang bersantai dimejanya pun nampak menggeleng-gelengkan kepala dan menatap sinis murid yang selama ini diketahui adalah murid teladan cukup berprestasi yang sekarang sedang memelas pada guru olah raga ㅡPak Reiㅡ dengan sikap yang bisa dibilang tidak sopan.

"pak saya mohon ! Oke fine kalo bapak mau out reno dari kedudukan kapten tim basket. Tapi tidak dengan cara seperti ini Pak !"

"Rio, ini sudah keputusan anak-anak basket. Layak jika Reno di cabut jabatannya. Lagipula dia sudah tidak bisa bermain basket lagi kan? Lagipula kamu bukan bagian dari anggota tim basket kan !" balas Pak Rei. Nadanya sedikit menekan, tak ia kira Rio bisa setidak sopan seperti ini memelas untuk sahabatnya.

Rio sedikit menggebrak meja yang kebetulan ada disampingnya. Ia sangat kesal. guru-guru semakin menatapnya sinis. "Pak ! Saya disini membahas Reno ! Setidaknya bapak melakukan ini dengan cara yang terhormat bisa kan? Bagaimana pun reno adalah murid yang baik dia mvp. Dia pernah mengharumkan nama sekolah ini ! Dan bapak menyingkirkan begitux saja reno? Secara tidak hormat pula !"

"Rio berhenti bicara ! Sekarang juga kamu keluar dari ruangan ini !" Pak Rei mengacung-ngacungkan telunjuknya ke arah pintu.

Rio membenarnya tasnya. Ia bersiap melangkah keluar dari ruangan itu. "kayaknya memang sudah watak orang indonesia kali ya ! Tidak menghargai ! Pantas saja Pak Habibie pindah warganegara. Yang pinter korupsi doang yang di bela-in !"

Rio bergegas pergi dari ruangan itu dengan emosi yang masih memuncak. Tidak peduli dengan hari berikutnya ia ingin di cap apa oleh seluruh orang disekolahnya karna telah membangkang dengan guru. Yang ia pikirkan adalah bagaimana mungkin orang baik semacam Reno di perlakukan seenaknya seperti sekarang ini..

[Flashback off]

Rio tak sadar dengan suara yasmin yang sudah memanggil namanya berulang kali. Ia masih kalap dengan kejadian tadi siang di ruang guru.

"Rio !"

Rio terlonjak. Tersadar dari lamunan kelamnya.

"apa?" tanyanya ketus. Puncak kelesalan masa di sekolah tadi masih berbekas dihatinya.

"Lo bawa mobil kan?" yasmin nampak sedang membenah tas Reno. Membereskan baju sahabatnya yang disimpan di rumah sakit selama reno di rawat. Dan sekarang reno sudah dibolehkan pulang. Itupun setelah reno mengada-ngada kepada dokter kalau dirinya sudah baik-baik saja.

"Iya, gue bawa mobil"

Yasmin tersenyum. Rio mengusap wajahnya. Memcoba melupakan kejadian tadi siang.

"ada apa sih yo?" tanya Reno pelan. Tubuhnya masih lemas dan sedikit kaku untuk banyak bergerak.

"kenapa apanya? Ngga apa-apa. Cuma cewek biasalah.. Rempong !" entah bohong atau tidak. Rio gelagapan. Pasti Reno marah besar jika tahu bahwa sahabat tertuanya tadi siang berdebat dengan seorang Pak Rei. Guru olah raga. Apalagi tahu bahwa Reno sendiri yang menjadi bahan perdebatan itu.

Reno tertawa pelan. Yasmin melirik rio sinis. Sebagai perempuan ia tersindir dengan ucapan rio yang asal nyeletuk.

Hey tidak semua wanita seperti itu ! Wanita mana yang lebih agresiv selain karna sayangnya yang berlebih !

Sorak yasmin dalam hati. Bukankah laki-laki lebih utama tugas menjaganya? Dan wanita adalah yang dijaga ! Wanita tidak akan baik bila lelakinya saja tak lebih dari buruk.

"semprul !" yasmin melempar sisir yang kebetulan ada di tangannya ke arah rio.
Yang jadi sasaran lempar hanya menghindar sambil tertawa tentunya. Reno hanya geleng-geleng kepala melihat keduanya. Kini ia terduduk di sebuah kursi roda berhubung kakinya sudah tak berdaya lagi. Dan satu hal yang ia pikirkan.

Bukankah bermain bola membutuhkan sepasang kaki ?

Baiklah. Kini satu hobbynya sudah benar-benar pupus oleh penyakit yang bersarang ditubuhnya yang kian lama makin parah saja.

*

To Be Continue !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar