Kamis, 19 Desember 2013

Sepitih Pasir (Part 5


     'Jangankan tangan
Jangankan kaki
Jangankan nafas
Ataupun jiwa

Bila mampu aku ingin
menjadi dirimu yang sempurna

Tanpa kau sayang
Tanpa kau rindu
Tanpa kau disini
Ataupun balasan

Tak peduli semua itu
Aku hanya mencintai
Jangan ganggu cintaku
Bila kau tak ingin aku menangis !'

Suasana hening Sangat hening. Hanya oretan pensil dan gesekan penghapus yang bersahutan.
Sejenak melihat kedepan untuk menulis apa yang ada di papan tulis oleh sang guru.

"hhh, ya tuhan" desisan pelan keluar dari mulut seseorang.

'reno?'
Rio menengok kebelakang 'bangku yasmin' saat merasa ada yang mencolek punggungnya ㅡmemanggilㅡ
Rio memang duduk bersebelahan dengan reno hari ini.
Rio mendongkak pelan kepalanya tanda bertanya 'ada apa?'
Yasmin melihat reno yang menggeletakan pensilnya di meja dan menundukan kepala.
Yasmin melirik reno tanda menjawab 'reno kenapa'
Rio mengalihkan matanya pada reno tepatnya tangannya yang bergemetar hebat dan kaku.
Rio menghela nafas pelan "biar gue yang nyatet" rio berbisik dan mengambil alih buku catatan reno yang hanya diam mematung.
Reno melirik ke samping ㅡrio
Reno menghela nafas berat 'maafin gue io, gue emang ngga mahir nyembunyiin sakit ini ke lo dan yasmin'

-oOo-

"ngga sakit kan io? Kayak terapi biasa doang kan?" tanya reno yang sedang menunggu dokter yang akan menemaninya di ruangan terapi itu.
Entah seperti apa rasanya.
Rio menggeleng pelan.
Yasmin hanya tersenyum kecil "kalo di dalam sana lo ngerasa sakit anggap aja sakit lo itu dibagi dua sama gue dan io." ujar yasmin menyemangati. Rio tersenyum.
"abis kemoterapi ini lo harus hadiah ke gue!" seru reno menantang.
Yasmin mengernyitkan dahinya tanda tak mengerti melihat reno menurun naikan alisnya.
"ayo dong yas" rayu reno.
Pipi yasmin memerah, seperti biasa reno paling bisa membuatnya gagu dan menjadi patung.
Rio terkekeh pelan melihat dua makhluk ini 'perasaan reno akhir akhir ini sering banget buat si yasmin salting'

Belum sempat yasmin menjawab, panggil saja dokter Adam, masuk ke ruangannya reno.

"sudah siap ren?" tanya dokter adam lembut.
Reno hanya mengangguk tanda siap walaupun dalam hatinya kalut dan takut akan kemoterapi. Ia tak siap bila rambutnya rontok nanti.

'gue cinta lo !'
Ucapan yang selalu terngiang ngiang di telinga reno membuat nya berani menghadapi semua.

Di ruangan pucat putih bersama dokter dan pasukannya bukanlah suasana yang enak.

"ngga sakit kan sus?" reno bertanya kesekian kalinya pada setiap suster. Dan selalu mendapat jawaban sama. Senyum. Entah apa maksudnya.
Reno hanya membalas senyum itu dengan getir.

Dokter adam memasukan semacam jarum infus ke tangan reno dan di suntikan semacam cairan obat.

"reno pasti kuat!" ujar rafa menguatkan.
Dari luar jendela ruangan melihat reno.

Namun,
Seketika senyuman dokter dan suster suster itu memudar berubah menjadi tatapan iba saat melihat tubuh reno menggigil dan mengejang hebat.

Tubuhnya sangat kedinginan tapi juga panas. Sepertinya iblis obat obat itu telah berkerja keras menjalar di tubuh reno.

"arggh! S sakit dok! Hentikan! Ehhrgh.. Ini sangat .. Sakit.. Hentikan dok !" reno menggerang diatas sakitnya efek obat itu.

Yasmin meremas keras tangan rio dan meringis pelan seperti merasakan tragedi miris di dalam ruangan itu.

Tubuh reno gemetar
Ia menyilangkan kedua tangannya ke tubuh.
Dingin sekali rasanya seperti hujan salju sedang bermusim di dalamnya. Tapi panas sungguh panas merasa api neraka berkobar hebat di tubuhnya.
'kalian bohong ! Ini sangat menyakitkan !
Lebih sakit dari beribu ribu tusukan pedang samurai !'

***
Apa harus aku menangis?
Apa harus aku meringis?
Apa harus aku mengeluh?
Mencintainya membuatku sadar betapa rapuhnya dia dibelakangku
Dan betapa lemahnya aku didepannya...

***

" reno " Lirih seseorang.
Ya, siapa lagi? Yasmin dan rio. Tentunya. Wajahnya menyiratkan garis iba.
"dokter adam mana ren?" lanjutnya
"keluar" jawabnya singkat.
Yasmin hanya manggut mafhum sedangkan rio masih menatap reno terutama rambutnya yang mulai menggugur di bantal, satu helai dua helai tiga helai..
'setiap helai rambut lo yang rontok bagaikan Dinamit yang siap meledak kapan aja dan membunuh gue berkali kali.

"Lo bohong io, kemoterapi ini sangat menyakitkan !" lirih reno yang masih merasakan efek kemoterapi tadi.
"liat rambut gue mulai rontok. Apalagi dari tadi perut gue" reno menggantungkan kalimatnya dan sigap menutup mulutnya.
Yasmin mengambil baskom kecil dan memapahnya ke depan muka reno, ia tau apa yang reno rasakan "gue muntah muntah terus dari tadi ! Gue pastikan ini adalah kemoterapi pertama. Dan terakhir." lanjutnya setelah memastikan bahwa ia sudah tak muntah muntah lagi.

Rio menatap mata sayu reno "maafin gue ren nyatanya gue emang ngga bisa ngambil alih sakit yang lo rasain" ujar rio penuh dengan nada pilu.

Yasmin merasakan sesak yang amat luar biasa karna menahan air mata yang ia tahan di pelupuk matanya melihat reno yang menjadi seperti ini.

Sedetik kemudian reno tersenyum tulus " tapi kalian adalah obat yang paling mujarab yang cukup ampuh buat gue melupakan sakit itu." berhasil membuat senyuman yang dilukiskan tepat di wajah rio dan yasmin.

Cupp !
Yasmin menepati janjinya.

"itu kan hadiah yang lo mau?" yasmin tersenyum manis, sangat manis.

Dibalas senyum simpul oleh reno " Lo emang ngga pintar, tapi lo cukup mahir membaca pikiran gue "

"ish ngga usah diselipin ejekan , bisa? Pemain basket abal abal, ronaldo amatiran lo !" seru yasmin lebih sinis.

"penulis sad ending lovers murahan lo !" ujar reno membalas ejekan yasmin.

Rio menyeringai 'aish, nonton tom and jerry lagi gue !'

"lo tuh nyebelin tau ngga !" balas yasmin berdecak pinggang.

"Lo tuh yang" reno menutup mulutnya kembali. Mual itu datang lagi.
"hahaha. Tuhan hukum lo tuh gara gara buat gue kesel ! Sakit kan? Nyaho deh lo !" yasmin menyeringai penuh kemenangan.

Rio hanya duduk manis di bangku samping ranjang reno. 'menjadi pendengar yang baik'

"tetawa di atas penderitaan orang lo yas !" kesal reno.

"masalah gitu buat gue?" ledek yasmin makin nyolot.
"gue putusin lo ntar !" reno menyeringai.

"yeeh.. Siapa elo? Pacaran aja kagak !" sinis yasmin.

"lo mau kita pacaran ya?" tanya reno menggoda, hmm.. Membuat yasmin kesal tapi juga salting. "eh .. Enak aja lo. Pacaran aja noh sama io ! Dia kan jomblo ! Lo tembak rio gih!" ledek yasmin makin terkekeh.

"gue serius yas" ujar reno nadanya pun serius.

Yasmin menggaruk kepalanya yang tak gatal. 'reno serius? Realy?'

*

To Be Continue !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar