Jumat, 20 Desember 2013

Seputih Pasir (Part 18)



     Reno terkulai lemah di punggung Rio, ia pingsan.

bersamaan dengan air mata rio yang terjatuh menyentuh tanah.

Rio tetap melangkah masuk ke dalam kamar reno, yasmin dan mbak anis masih ada di luar kamar.

"ren, reno" ia memanggil lirih nama reno. Dan ia baringkan tubuh lemah sahabatnya di ranjang.

"tidur ternyata" rio mendesah pelan.
Ia elus pundak reno pelan.
Yasmin masuk ke kamar reno. Ternyata mata yasmin lebih basah.
Yasmin berdiri disamping rio yang duduk di kursi samping ranjang reno.

Yasmin mengambil selembar tisu. Ia mengusap perlahan hidung reno yang masih ada sisa bercak darah. Dengan hati-hati ia melakukan itu.
Yasmin memperhatikan detail wajah polos reno yang kini nampak pucat sayu.
Yasmin terisak hebat Air matanya berderai lebih dalam.

"get well soon, Reno" lirihnya. Dan ia yakin kata-kata itu takkan terkabul sampai Tuhan sendiri yang memutuskan.

Perlahan yasmin mengecup kening reno yang masih terlelap.

Air matanya terjatuh di wajah reno. Dan itu membuat reno yang tertidur pun mengeluarkan air mata.

Rio memeluk yasmin erat. Ia juga menangis.

"dia bakal sembuh kan Yo? Kita bakal kayak dulu lagi kan ? Main basket bareng dia. Lomba lari? Kita bakal kayak dulu kan Yo? Penyakit sialan itu ngga bakal hancurin dia kan Yo? Ngga bakal hancurin persahabatan kita? Ngga akan kan Yo? Jawab gue Yo ! Jawab gue ! Jawab !" yasmin memperat pelukannya.

"ngga akan"

suara serak lirih yang terdengar seperti bisikan itu membuat rio dan yasmin menoleh.
Dilihatnya reno masih terpejam. Tapi rio dan yasmin yakin itu adalah suara reno.
Mereka tersenyum dan tertawa kecil

Rio mengelus lagi lengan reno. Dan yasmin mengusap rambut reno. Sungguh mereka tak ingin semuanya direnggut waktu

"dasar reno, tidur aja masih bisa ngejawab"

"hebat banget kan dia yas"

Masih dengan sisa isakan, mereka mencoba tertawa
Dan terukir kebahagiaan dan damai di wajah polos reno yang masih saja tidur.

"kalo seandainya reno harus ninggalin kita, apa semuanya masih sama yas? Apa ada yang bisa gantiin dia? Apa ada yang bakal ngajak kita main basket lagi? Lomba lari ke taman? Taruhan nulis catatan pelajaran? Ngga ada yas. Orang kayak reno cuma satu di dunia ini, dan itu cuma dia. Reno sahabat kita..,"

"ngga Yo, gue yakin reno ngga bakal ninggalin kita. Dia kuat. Secara dia kan kapten basket,..." air mata yasmin meluncur deras saat menyadari satu hal  bahwa reno tak bisa lagi main basket, tidak juga menggocek bola. Jangankan menggocek bola dan memantulkan basket, memegang pena pun sudah menjadi masalah besar untuknya.

*

Hampir tengah malam ini reno belum terbangun juga. Banyak keringat yang terproduksi oleh tubuhnya yang sekarang agak mengejang.

Akhirnya Mbak Anis memutuskan untuk membawa sepupunya ke rumah sakit untuk menghindari kemungkinan buruk, dibantu juga oleh yasmin dan rio yang kebetulan masih setia menemani sahabatnya.

"udah jangan nangis terus"

Rio berjongkok, menyamakan pandangannya ke mata sembab yasmin yang kini tertunduk,

Yasmin hanya mengangguk kecil dan menghapus sisa air mata di pipinya.

"bentar ya yas, ada telpon" rio agak menjauhkan diri dari yasmin yang masih terduduk lesu dengan tampang yang sepertinya lelah.

Tak sampai semenit, rio kembali lagi ke tempat duduknya semula. Yasmin mennautkan alisnya bingung, mimik muka rio membuatnya bingung dan gelisah apa yang terjadi dengan rio? Siapa si penelpon tadi?

Sadar akan tatapan mata yasmin, rio langsung tersenyum, "Gue di cabut dari gelar wakil ketua osis, sekaligus di out juga dari keanggotaan osis"

Yasmin tercengang, ia berfikir keras, kesalahan apa yang dibuat rio sehingga di out begitu saja dari osis?

"Lo buat salah apa emangnya yo?" yasmin bertanya masih dengan suara bergetar sisa menangisnya,

Rio menggeleng pelan, ia tahu apa penyebabnya ia di keluarkan dari osis, meskipun alasan itu tidak masuk akal menurut otaknya. Dan ia tak mau memberitahu yasmin.

"masa ngga ada penyebabnya?"

"udahlah yas, ngga usah dipikirin, jabatan wakil ketua osis ngga lebih penting dari persahabatan kita" rio tersenyum lagi dan sedikit menghimbur. walau sebenarnya hatinya bertanya tanya mengapa seseorang penelpon tadi bicara seenaknya begitu.

-oOo-

Awan senja pagi ini tidak berniat datang sepertinya. Matahari pun terlihat samar. Siapa yang membuat janji dengan matahari ? Sehingga ia tak mau datang pagi ini ?

"reno, handphone Lo geter nih"

Ujar rio yang sedang menggenggam telepon genggam reno.
Reno baru sadar saat subub tadi.

1 New Message

Begitu tulisan yang tertera di layar handphonenya.

Ia buka pesan itu,
Mimik wajah reno berubah. Yang awalnya memang pucat sekarang menjadi jadi lagi pucatnya.

"gue diout dari tim basket?" lirih reno, tubuhnya lemas seketika. Tangannya mengepal, matanya terpejam dan digigitnya bibir bawahnya yang sudah hampir kehilangan gunci merahnya. Ia kesal tapi juga bingung.

Kok bisa sama kayak gue?

Tanya rio pelan tentu dari dalam hati sehingga tak ada yang mendengarnya.

"Lo kan kaptennya ren?"

"gelar kapten tim basket gue dicabut" reno meunduk lesu,

"tapi yaudahlah, ngga usah dimasalahin, jabatan kapten basket dan mvp ngga lebih penting dari persahabatan kita ini"

Reno tertawa kecil. tapi Reno mengutuk ucapannya barusan. Ini adalah masalah besar untuknya !
Ia sangat marah saat ini, terlihat wajahnya merah padam. Ia tak terima jika harus dikeluarkan dengan cara tidak hormat seperti ini. Dan tanpa alasan yang jelas ia dikeluarkan.

Rio juga tersenyum.
Beda dengan yasmin.

Yasmin melongo, wajahnya lucu sekali saat itu. Ia bergantian memandang rio dan reno.

"kok kata-kata lo sama sih? Kayak kata-kata rio semalem? Wuihh.. Ajib !" yasmin nyerocos sendiri.

Reno dan rio mengangkat sebelah alis dan tertawa,

Penyesalan itu lenyap begitu saja. Dan memang seharusnya masalah bukanlah jalan untuk menutup gerbang kebahagiaan...

***

Teruslah berdetak
Jangan pernah berhenti
Sampai jantungmu tahu
Ada aku didalamnya

***

Matanya terbuka perlahan
kepalanya berat. dadanya masih agak sesak,

Ia ingat, tadi malam tubuhnya tak lagi bisa berkompromi dan sahabatnya sudah pulang dan belum datang sekarang, matahari pun masih tidur. Mungkin. Ia masih stres, tidak terima cita-citanya dihancurkan,

"ughh,, aww !!" ia meringis setiap badannya bergerak mengganti posisi

Reno merasa ada yang aneh dengan salah satu bagian tubuhnya,

"kaki gue, Ngga bisa..," ia meraba raba kakinya. Namun kakinya bergeming tak peka dengan sentuhan tangannya.

Tidak !
Tidak mungkin secepat ini !

Reno tetap memaksa kakinya bergerak. Walau itu sangat ngilu dibuatnya. Kakinya bergetar kencang. Air matanya hampir menetes lagi kali ini setiap sakit itu mengelabui dirinya. Namun ia tak ingin menjadi lemah untuk sekarang. Bukan waktunya.

"ya allah, sakit banget..," reno meringis, suaranya bergetar

Kakinya kini menyentuh lantai, namun ia tak merasakan dinginnya lantai keramik putih kala itu.

Brukk !!

Belum sempat berdiri tegak, tubuhnya sudah terlanjur terbanting ke lantai yang dingin itu,

"Arrrggghh !! Bunda ! Tolong reno !! Sakit .., arrgghh !"

Entah sadar atau tidak. Nama itu tersalip di setiap erangan menyakitkannya namun terdengar lirih.

Kali ini seluruh tubuhnya benar benar di kuasai satu hal. Sakit.
Dadanya sakit tak main, membuat tangannya yang sudah hampir kehilangan kepekaan itu mencengkram dadanya sendiri. Kali ini darah itu kembali mampir lagi. Bukan dari hidungnya, tapi mulutnya. Muntah darah,

Ia berusaha dengan sisa tenaganya untuk membangunkan tubuhnya dan berharap dapat menggapai masker oksigen yang ada di bantal ranjangnya guna membuat paru-parunya terisi meskipun sedikit.
Untuk duduk saja, Tubuhnya tak dapat diajak berkerja sama.

Ia kembali terjatuh. Kali ini tenaganya benar-benar habis. Untuk mengerang pun rasanya susah. Tubuhnya tak bergerak. Yang terdengar hanyalah bunyi jam detikan jam dinding yang bersahutan dengan nafas memburunya. Namun kian lama nafas itu melemah begitu pula dengan detak jantungnya

Pelan

Sangat pelan

Semakin pelan

Dan akhirnya...,

"RENO !!!"

pekikan menggelegar seseorang ia dengar dengan samar. Matanya sudah tertutup. Dan ia tak sadar tubuhnya sedang di papah kembali di ranjang.

Kesadarannya masih diperebutkan oleh terang dan gelap

"tarik nafas ren, gue mohon bernafaslah !"

Reno kembali bernafas saat masker oksigen menempel di sekitar hidung dan mulutnya yang masih dilumuri darah. nafasnya sangat cepat dan kritis.

Orang itu menusukan perlahan jarum ke punggung tangan reno. Infusan yang tadi sempat lepas saat tragedi jatuhnya tadi.

"gue ngga bakal ninggalin lo sendirian lagi"

Bisikan lembut dan suara yang khas dan reno hafal itu tertangkap oleh indera telinganya. Walau masih agak samar. Dan tangannya terbungkus oleh genggaman hangat tangan seseorang

Suara Yasmin

Itu yang reno tahu, Semuanya tiba-tiba direnggut oleh kegelapan

Dan ia tak ingat apa-apa lagi..,

*

To Be continue !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar