Kamis, 19 Desember 2013

Seputih Pasir (Part 7)


     Ini hidupku
Tak perlu ada yang mengganggu
Kamu dia mereka atau siapapun !
Jangan bodoh karena diriku
Jangan menyerah karena ku
Jangan berjuang untuk ku
Aku tak suka
sungguh aku tak suka !

***

Sampai pada tempat nan luas dilapisi pasir hitam yang lembut adapun yang lembab karena ulah air ombak yang tanpa adap menyerang pasir tak bersalah itu.
Tapi bukankah pasir itupun butuh ombak untuk semakin mempereloknya ?

"mbak Anis bilang kalo papah gue bakal kembali ke rumah gue" ucap pemuda berumur hampir 18 tahun ini dengan lirih. Matanya redup seakan dunia ini telah kehilangan mentarinya.

"bagus dong kalo gitu? Kok lo sedih Ren?" Rio terheran heran dengan mimik pilu sahabat sohibnya itu "lagian kan bisa lebih ada yang perhatiin lo kalo ada papah lo dirumah?" lanjut Yasmin tak kalah heran yang sedang duduk di samping Reno yang duduk di tengah terhimpit oleh Rio juga.

"tapi" reno menengah.
Satu kata itu membuat kening Rio dan Yasmin lebih mengkerut tanda bertanya 'tapi apa?'.
"dia kembali sama keluarga barunya juga" jawab Reno lirih pelan bahkan hampir sedikit berbisik.

Rio dan Yasmin bisa apa? Mereka hanya diam mematung dalam tunduknya dalam pikiran masing masing.

Sejurus kemudian Reno tersenyum simpul "io !" panggilnya lebih beegairah. Rio hanya menengok ke samping bertanya isyarat 'apa?'
"gue mau nginep di rumah lo ! Boleh?" pertanyaan Reno sukses membuat kedua sahabatnya tercengang.

"ta tapi.." celah Rio menatap Reno dengan wajah melas.

"please io ! Atau sehari gue bayar  seratus ribu! Gimana?" tawar Reno.

'bukan ren ! Bukan itu !
Ah ! Lo ngga ngerti ren. Gue ngga kayak lo yang mempunyai banyak uang dan rumah besar nan nyaman. Rumah gue kecil ! Kamar gue sempit ! Lo ngga mungkin nyaman reno!
Ah, ngeselin abis si Lo !'
Gerutu Rafa dalam hati dengan sangat bimbang.

"oke oke. Dua ratus ribu? Gimana?" tawar Reno kedua kalinya.

Rio masih bergeming menatap lurus hamparan laut didepan indra penglihatannya.

"oke penawaran terakhir. Lima ratus ribu. Oke? Deal ?" tawar Reno ketiga kali semakin memantapkan.

Pletak !
Tepat di ubun-ubun Kepala Reno sebuah kepalan tangan mungil mendarat dengan mulus.

Reno meringis "aww ! Apaan sih lo penulis amatir ngga bermutu! Main jitak kepala orang aja !" Reno menggerutu.

"Rumah Rio bukan kost-an !!" jawab Yasmin santai namun sinis.
"yauda kalo gitu gue nginep di rumah lo aja gimana?" Reno menaik turun kan alisnya dan mempesembahkan senyuman khasnya.
Menyebalkan memang ! Tapi ini yang Yasmin suka ! Membuatnya perasaannya menjadi nano-nano.

Jitakan part dua pun diluncurkan. Reno cekikan melihat bibir yasmin yang maju beberapa centi.
Menggemaskan !

"oke deh lo boleh nginep di rumah gue" Rio membuka suara.

Reno menyeringai penuh kemenangan.
"ngga perlu bayar. Tapi gue cuma mau lo tau kalo rumah gue kecil kamar gue sempit. Gue takut lo ngga nyaman. Kasur gue ngga senyaman kasur di rumah lo, makanan di rumah gue ngga se enak di rumah lo, rumah gue sama sekali ngga mewah. Rumah gue ngga luas. Gue ngga mau lo kesusahan di rumah gue.   apalagi udaranya yang ngga bagus buat penyakit lo. Gue takut lo tersiksa di rumah gue.. Gue.." Rio berhenti mengoceh saat melihat Reno tertawa mendengar nya.

"Dalam seumur hidup gue nih ya. Gue baru denger Rio ngoceh panjang lebar gini. Hahaha " Reno tertawa namun juga mencerna kata kata rio "selama 18 tahun lo masih hidup dengan tinggal di rumah lo? Lo ngga mati kan? Kalo lo bisa kenapa gue ngga? Apa lo ngga sudi gue tinggal dirumah lo?" lanjutnya masih terkekeh.

"ya ngga gitu juga sih. Yaudah deh. Gue ngalah. Terserah lo aja. Mau berapa hari emangnya?" Rio bertanya balik.
"paling sampe papah gue balik lagi ke semarang. Tiga hari lagi kira kira" jawabnya santai.

Rio hanya manggut manggut faham.

"yee..siapa juga yang bilang rumah Rio itu kost-an ?" tanya Reno beralih pandang kepada Yasmin.

"ya ampun ren.. Masih dibahas toh? Gue kira udah lupa. Hahahaha!" Yasmin tertawa keras dan berdiri dari duduknya dan menyela ke tengah tengah Reno dan Rio .

"Rio, Reno. Gue sayang sama Lo berdua" ucap Yasmin tiba tiba.

Rio dan Reno tersenyum simpul.

Cupp Cupp..
dua kecupan mulus mendarat tepat di pipi kiri dan kanan milik Yasmin.

"Love You my Angel. malaikatnya Reno dan Rio" dua lelaki tampan manis itu berteriak sekencang mungkin di hadapan ombak ombak yang berkejaran.

bahagia..

bahagia sekali .. !

"Andai aku menjadi Nobita..
Andai Aku mempunyai Doraemon dan kantung ajaibnya..
Andai aku dapat meminta mesin waktu dari kantungnya..
Aku ingin memberhentikan waktu agar ini tak menjadi masa lalu..
Tak juga kenangan..
Aku hanya ingin ini abadi..
Abadi dalam dekapan senyum mu..
Abadi..
Abadi bersama..
Bersama Senyum mu.. Peluk mu.. Kecupanmu.. Dan Cintamu ..
Cintamu .."

Reno dan Rio saling bertatap sedetik kemudian mereka tertawa lepas.. Sejurus kemudian mereka tersenyum kepada sang sastrawan pribadi mereka yang sedang memejamkan mata merasakan tiap titik desiran angin yang menembus raganya dengan lembut..

...

Berlama lama bermain di pantai itu. Bahagia telah mereka rasakan.
Ah, andai itu semua abadi..

Istana pasir mini itu sedang menyibukan 3 sahabat ini.

Reno menghela nafas berat, dadanya sesak tak karuan, seluruh tubuhnya menggigil tak jelas.
'apa? Apa penyakit itu ingin merusaknya juga?
Oh god, please.. Jangan sekarang !

"rio ambilin pasir lagi dong ke ember, mau abis nih. reno buat menaranya yang bener !" celoteh yasmin sambil sibuk memainkan tangannya bersama pasir pasir hitam padat itu.

"iya yas," tangannya semakin gemetar hebat tak terkendali. Membuat yasmin melototkan mata mungilnya, bukan karna kondisi Reno. Ia belum menyadarkan. Tapi Yasmin melotot karna istana pasir tadi hancur tak berbentuk lagi. Karna ulah Reno.
Tidak ! Tepatnya karna penyakit sialan itu.

"Renoooo !!!" yasmin teriak manja meluapkan kesalnya.

Reno menanggapinya dengan cengiran getirnya. "maaf yas. Ngga sengaja. Bikin dari awal lagi ya" ujar Reno kembali menyentuh pasir itu. Tak mau membuat yasmin kecewa atasnya.

"enak aja kamu bilang bikin lagi dengan gampangnya. Ini tuh bikinnya susah reno ! Ah kamu nyebelin banget ! Tadi udah bagus juga istananya. Ah . Renooo !!" dumalnya panjang lebar. Tak peduli dengan ringisan reno.

Uhuk uhuk !
Reno terbatuk tanpa henti.

"reno lo kenapa?" tanya rio panik saat melihat Reno bergeming dengan batuknya. Yasmin yang tadi membuang muka sekarang menjadi panik. Lebih panik.

"gue ngga kenapa kenapa" lirihnya masih dengan batuk batuk yang terdengar menyakitkan.

Entah komando darimana yasmin dan rio segera menghimpit tubuh reno yang pucat dan bergemetar.

"kita pulang ya ren!" pekik yasmin.
"lo masih kuat jalan ren? Kalo ngga gue gendong aja ya !" ujar rafa masih panik mendengar batuk reno yang semakin menyakitkan didengar.

"gue ngga apa apa.. Uhukk!!"

Batuk terakhirnya kali ini disertai dengan darah yang memuncar cukup banyak dari mulutnya. Dan menciprati kerah tangan baju seragam yasmin dan mengenai tangan rio cukup banyak.

" maafin gue" lirihnya pelan. Sangat pelan bahkan hampir seperti berbisik.

Dengan hati-hati Reno membersihkan darah segarnya yang mengenai sahabat tercintanya ini dengan telapak tangannya sendiri.

"gue ngga sengaja udah nodai tangan dan baju kalian. Maaf ", suaranya memberat dan pelan masih sibuk membersihkan darah di baju dan lengan sahabatnya dengan tangan gemetar.

"udah ren cukup !" pekik Rio memberhentikan aktifitas reno "darah lo darah kita juga reno ! Darah lo sama sekali bukan noda buat kita.!" lanjutnya lirih.

Yasmin mengelus genggaman tangan reno yang dipenuhi darahnya sendiri dengan getir dan air mata yang membendung hebat.

"uhukk !! Arrggh !" tamatlah riwayatku.

Samar..

Redup..

Gelap..

Gelap..

Dan gelap..

Bisakah?
Bisakah kali ini aku merasakan penderitaannya?
Bisakah aku membuat sakitnya berkurang?
Bisakah aku meringis bersamanya?
Bisakah Tuhan?
Apa bisa?
Bisakah Cintaku membuatnya bertahan?
Bisakah?
Aku tak siap melihat tubuh itu merintih lagi Tuhan !
Aku tak mampu !

Di ruangan putih ini lagi. Sudah tau jelas aku setiap sudut ruangan ini. Yang kadang menjadi rumah keduanya. Ruangan yang pasti membuat dia terlihat tak berdaya.

Tubuh kurusnya. Tangan yang selalu dijadikan lampiasan dokter untuk ditusukannya selang infus yang kesepian itu.
Kenapa selalu tangan itu? Tak bosan kah engkau?

"Lo tau ngga Ren? Si Nalin nanyain lo terus! Nanyain ini lah itu lah kenapa lo ngga sekolah lah.. Kayaknya dia suka tuh sama lo ! Bukan kayaknya lagi sih. Tapi emang ! Heh Lo reno cungkring pemain basket abal abal and ronaldo amatir kw seribu lo nyadar ngga sih? Banyak cewek yang demen sama lo ! Dan itu buat gue envy tau ngga ! Gue cemburu! Lo ngerti ngga sih? Lo itu ngga peka!

"tapi ngga apa apa juga sih. Yang penting gue selalu deket lo nih. Siapa tau tumbuh bibit bibit cinta lo je gue gitu? Haha.. Ngayal banget gue ya?"

"bokap lo udah pulang ke semarang ! Katanya lo mau tidur di rumah rio? Tapi kenapa lo malah betah tidur disini ? Lama pula ! Ini rumah sakit bukan punya nenek moyang lu ! Ngga malu apa tidur di tempat orang?"

"Hufftt.. Kok lo ngga jawab gue sih? Lo benci ya sama gue? Heh reno cungkring nyebelin ! Lo tuh ngga capek apa tidur mulu? Udah hampir 2 minggu lo tidur. Lo tuh lebih lebih dari sleeping beauty tau ngga !"

"ahh gue capek ngomong sama lu ! Dikacangin mulu !"

Itulah ocehan lirih yasmin yang selalu tak mendapat jawaban apapun dari pemilik bibir pucat itu yang hanya memejamkan mata enggan membukanya.

"ren bangun. Gue kangen sama lo !" lirihnya disertai air mata yang mengalir deras bak arus sungai yang tak henti menggenang.

***
Tuhan?
Kenapa dia?
Kenapa dia begitu betah dengan tidur panjangnya?
Apa yang kau beri di alam mimpinya sehingga ia tak berkenan membuka matanya bahwa ada aku di hadapannya yang selalu menunggu senyumnya?
Apakah mimpi yang kau beri kepadanya itu lebih indah dari kami? Belahan jiwanya?
Ah, Tuhan aku mohon bangunkan dia dari mimpinya !
Aku, gadis lemah ini meminta padamu untuk membangunkan dia dari mimpi dan bunga tidurnya.
Aku mohon Tuhan ..
Aku ingin dia...

***

Masih dalam dekapan tangannya ia menunduk menyembunyikan kristal bening yang keluar dari matanya.

"hai yas" rio menepuk pundak yasmin lembut dan tersenyum.
"hai raf" sapa balik gadis cantik yang sekarang tampak sembab dibagian matanya.

"hai ren" rio menatap nanar Reno yang masih betah berbaring di kasur berwarna biru muda pucat itu.

"minggu kedua lo buat malaikat sastrawan pribadi kita sembab matanya. Lo jahat banget ren. Liat tuh dia jadi jelek gitu gara gara nangisin lo. Lo tega banget.. Katanya lo paling ngga mau liat yasmin sedih bahkan sampe nangis? Tapi sekarang lo sendiri yang buat dia begini," ujar rafa lirih sambil mendekat ke tubuh reno yang masih terbaring.

"in here, kita masih nunggu lo buka mata lo itu.!" sambungnya.

"dimimpinya ada apa sih io? Sampe sampe kita terkalahkan sama mimpi indahnya," lirih yasmin membuat air mata itu terus menerus dan menerus keluat tanpa adab membiarkan matanya lelah.

Rio mendekap kuat tubuh mungil yasmin yang sekarang tampak kacau. Dan mencium kening yasmin di depan lelaki yang masih ingin terpejam lebih lama itu dengan tubuh kurusnya kulit pucatnya selang yang menancap disetiap sudut tubuhnya. Siapapun pasti dibuat iba melihatnya.

"look here Reno. Kalo lo ngga mau buka mata sekarang gue bakal ambil first kiss yasmin dari lo ..!" ujar Rio sambil mendekatkan wajahnya ke dekat wajah yasmin yang masih dibanjiri air mata pilu itu.

'Lo ngga mau ini terjadi kan ren? Tunjukin bahwa lo bukanlah seorang pengecut yang membiarkan cewek yang dicintainya dicolong first kissnya ssama sahabatnya sendiri ! Look here reno ! Open your eyes !' pekik rafa dalam qalbu'nya berharap reno bangun dari bunga tidurnya.

'kamu ngga mungkin tega sama aku kan ren? Ngga mungkin kamu biarin rio lakuin ini .' lirih yasmin.

Wajah dua sahabatnya kini semakin dekat.
Haru pilu masih membasuh ruangan itu.
Isakan tangis apapun itu masih dipersembahkan.

.
..
...

"hey, jangan lakuin itu" suara lirih lemah pelan sangat pelan bisa dibilang seperti bisikan itu akhirnya keluardari bibir pucat itu.
Namun Rio dan yasmin masih bisa mencerna suara bisikan itu.

Rio dan yasmin tersenyum penuh kemenangan dan bahagia.

'lelaki bertanggung jawab !' ujar rio dalam hati. Senyumannya mengembang.

"reno" lirih yasmin meraba pipi reno yang masih dingin itu "udah aku duga kamu ngga bakalan tega itu terjadi" lirihnya di depan telinga reno.

Reno tersenyum kecil.

"maafin gue" suara itu terdengar tercekat karena tak ada asupan air yang membuat kemarau bermusim hebat di tenggorokannya.

"minum ren!" yasmin menyodorkan segelas air mineral yamg sedari tadi nganggur di meja kecil samping meja reno.

Sedikit lega akhirnya.
"maafin gue" suaranya masih pelan dan parau tapi lebih jelas terdengar.

"Peluk aku dekapkan tubuhmu sehingga aku dapat melihatmu lebih jelas"

Yasmin mulau melirih kecil  sambil memejamkan mata dan rio dan reno hanya menyimak sastrawan pribadinya itu dengan syahdu.

"peluklah diriku jadilah pangeran khayangan dalam mimpiku"

"sadarkan aku dan nyatakan bahwa tak hanya mimpi yang ku genggam"

"dekapkan telingamu sehingga aku dapat membisikkan sesuatu padamu"

"bahwa aku mencintaimu.."

Yasmin membuka matanya yang langsung di dobrak kasar oleh kristal cair nan bening itu dari kelopaknya.

Melihat dua pangeran yang menatapnya senyum..

"peluk gue yas, io"

"peluk gue"

"peluklah"

Nafasnya mulai dengan brutal menyiksanya
Penyakitnya itu dengan anarkis merusak kebahagiaan itu.

Yasmin menuruti perintah sang raja.

Gadis ini memeluk erat sangat erat lelaki yang di hadapannya yang sedang merasakan tiap nyeri yang bermunculan semakin ganas.

Rio? Bukannya ia membantah. Ia lebih memilih membantah perintah sang raja dan menyelamatkan nyawa sang raja.

"peluk aku "

"jangan lepas aku"

"hhh.. Hhh.. Arrggh!"

Reno mengerang.
Tangan yasmin yang sedari tadi digenggamnya di remas erat hingga yasmin merintih.

"arrgh !"

"aku disini reno ! Aku peluk kamu. Awwh! Genggam tanganku sekeras yang kamu mau reno! Aku siap merasakan sakit yang kamu rasakan !" lirih yasmin..

'Tuhan ! Aku yasmin boleh kah gadis lemah ini meminta ? Tolong jangan sekarang !
Jangan sekarang !
Jangan sekarang !
Aku belum siap !
Aku belum siap !
Dan aku takkan pernah siap !
Usir malaikat pencabut nyawa itu !
Jauhkan dia dari reno !
Jauhkan !'

Genggaman nya semakin kuat. Keringat semakin membasahi tubuh kurusnya.
Wajahnya pucat bagaikan kapas.
bahkan paru parunya pun sudah lupa bagaimana caranya berkerja.

Tuhan, tolong jangan sekarang !

*

To Be Continue !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar