Jumat, 20 Desember 2013

Seputih Pasir (Last Part)




     Jangan Pergi !
Kembalilah !
Kan ku serahkan seribu proposal untuk Tuhan
Ujarkan padanya bahwa ada gadis lemah disini
Yang mengharap dirimu kembali

Tetaplah disini
Aku tak ingin ini berakhir...

***

"Gue mau duduk disitu. Bantuin dong"

Yasmin tersenyum lalu mengangguk dan mendorong kursi roda yang diduduki Reno.
Pikirannya terlintas membuatnya flasback ke masa dimana Reno yang mengajarkan dia dan Rio caranya bermain basket. Tentang Reno yang selalu berkhayal ingin melebihi kemampuan kaede rukawa. Tokoh komik yang sering dibacanya. Tentang Reno yang menganggap dirinya adalah sang kapten Tsubasa yang hebat seperti yang sering ia tonton di televisi kartoon anak-anak.
Tentang Reno yang seringkali mengadakan lomba lari dadakan dan membiarkan rio dan dirinya kalah.
Tentang Reno yang...

Ya Tuhan, terlalu banyak tentang sahabatnya yang berlalu lalang di pikirannya sebelum osteosarcoma merenggut sebagian kebahagiaan dari sahabatnya..

Yasmin merasakan kegelisahan sahabatnya yang tengah menatap lirih tiang basket yang masih berdiri kokoh di tempatnya.

"Kenapa ren? Kangen tempat ini ya? Gue juga kangen"

Rio yang sedang duduk di samping reno tampak pandangannya menyapu seluruh yang ada di lapangan ini. Menghirup udara sore yang sepertinya sebentar lagi akan berganti menjadi malam yang gelap dan semu.

"Gue kangen basket"

lirih Reno begitu pelan. suasana yang sakinah sore ini membuat Yasmin dan Rio dapat mendengarkan suara lirih reno. mereka hanya menghela nafas berat. mengerti akan perasaan kerinduan yang Reno rasakan.

"Gue pengen main basket lagi, gue pengen main bola lagi, gue pengen bisa lari-lari lagi kayak dulu. gue benci hidup gue yang sekarang. gue benci diri gue yang lemah. gue benci kaki gue yang lumpuh. gue benci diri gue yang penyakitan ! lebih baik gue mati secepatnya !"

Suaranya parau dan bergetar. Ia menggigit bibir bawahnya. Ia pejamkan matanya. Mau tak mau air matanya mengalir deras. Ia tak peduli gelar pria yang melekat dalam dirinya. Ia merasa sangat rapuh saat ini. Lebih rapuh dari kapas sekalipun.

"Gue benci hidup"

Aksi menangisnya kali ini semakin melengkapi tubuh ringkihnya.

"Tapi dihidup Lo ada Sahabat yang mengharapkan semangatnya Reno.
Apa Lo juga benci sama Gue dan Rio?"

Suara yasmin bergetar. Sebagai seorang wanita. Air matanya sudah meluncur lebih deras. Hatinya mencelos di jurang keputus asa'an.

Sama halnya dengan Rio. Laki-laki yang daritadi terdiam ini lebih memilih bungkam. Tak meneteskan air mata. Tapi paling dapat merasakan bagaimana rapuhnya Reno. Dan jika Reno benci dengan hidup. Ia lebih benci dengan kematian. Kematian yang selalu mengintai hidup mati Sahabatnya.

Reno menunduk dalam. Pundaknya bergetar. Tanda ia masih setia dengan air matanya.

Beberapa menit lamanya mereka membiarkan keheningan menemani. Akhirnya Rio merasa risih. Ia tak suka hening seperti ini.

"Kalo Lo kangen basket, yaudah kita main aja. Tangan Lo masih bisa digerakin ini kan?"

Reno ragu. Matanya yang sayu dan sembab karena baru saja menghentikan laju air mata itu menatap lirih tiang basket itu lagi.
Ia bergeming sejenak.

"tapi..,"

belum sempat Reno beralasan. Rio sudah lebih dulu memotong ucapan Reno, "lakukan apa yang ingin lo lakukan sebelum keadaan dan waktu menghalangi apa yang mau Lo lakukan sekarang ini"

Reno tertegun sebentar. Bibir putihnya tertarik kesamping membentuk senyuman.

Rio benar, Gue ngga boleh mati sebelum bisa lolosin si orange ke ring itu dulu !

Yasmin ikut tersenyum. Ia mendorong kursi roda Reno ke tengah lapangan yang tidak cukup trrang karna baru tadi matahari tenggelam menyelesaikan tugasnya. Hanya ditemani lampu taman yang terangnya tak seberapa.

"nih bolanya"

Rio memindah alihkan si bola basket orange menjadi ke tangan Reno.

"ngga bisa lebih deket lagi nih jaraknya? Ini kejauhan kali Yo"

Rio berdecak. "masa sih jarak segini, kejauhan buat Reno yang katanya gak lebih dari kaede rukawa?"

"Lo pasti bisa Ren! Lo kan jagonya !"

Rio dan Yasmin tersenyum harap.
Perasaan mereka berkata bahwa jarak ini sebenarnya dekat. Mungkin karna sekarang Reno bertopang pada kursi roda?
Ah, itu tidak pengaruh. Reno tetap Reno si jagonya basket !
Mereka yakin itu.

Reno menghela nafas pendek. Ia mulai fokus pada ring basket di tiang itu. Bola di tangannya mulai ia putar perlahan. Rio tersenyum pasti. Yasmin tersenyum gelisah. Ia khawatir.

Dan Reno lempar bola itu dengan mulus dan masuk ke ring !

Rio dan Yasmin mendesah senang.

"Tuh kan ! Gue bilang juga apa? Kaede Rukawa tuh kalah sama Reno !"

"good job Ren !"

Reno diam saja. Tangannya sakit. Sakit sekali. Namun ia tetap pertahankan senyumnya. Kebahagiaannya mempunyai sahabat seperti Rio dan Yasmin selalu bisa membuatnya lupa dengan sakitnya.

Yang ia temukan hanya senyum dan bahagia..

***

Tersenyumlah
Selagi masih ada waktu tersisa
Tersenyumlah
Selagi masih ada yang harus kau perjuangkan
Tersenyumlah
Walau kau sedang berada di ujung jurang kegelapan
Tersenyumlah
Aku masih disini setia menunggu kau kembali

Dan Tersenyumlah..,
Sebelum bibir manismu tak dapat lagi mengucapkan
Aku cinta padamu...

***

'Kak Reno, terima kasih banyak sudah menyadarkanku apa itu arti cinta yang sesungguhnya. Aku tak tahu apa rasa ini benar-benar sudah melayang di hembus angin.. Atau masih betah menempati relung hatiku. Yang jelas aku sudah bisa sedikit demi sedikit mencintai kak Rio. Kaka yang membuatku mengerti makna Dicintai. Dicintai adalah posisi dimana kita harus belajar caranya tidak terluka dan belajar cara mencintai yang membuat aku bahagia. Aku bahagia. Bahagia karna Cinta. Makasih kak..,            -Nalin-'

Reno tersenyum puas. Membahagiakan orang lain sungguh membuat rasa takutnya akan kematian sedikit demi sedikit menghilang.

"surat dari siapa sih?" Rio meraih kertas di tangan Reno. Namun reno lebih cepat menjauhkan kertas itu dari rio.

"kepo.,"

Rio merengut, ia cemberut.

"Ren.., makan dulu ya !" yasmin yang tiba-tiba datang menyembul dari balik pintu itu menyodorkan napan yang diatasnya terdapat segelas air putih dan nasi goreng plus telor ceplok setengah matang. Aroma nasi goreng itu mempir ke hidung Reno. Jadilah Ia menatap nasi goreng itu penuh gairah.

Aromanya percis sama nasi goreng buatan bunda !

Gumam Reno dalam hati sambil tetap mengamati nasi goreng itu heran. Belum pernah ada yang tau resep nasi goreng milik Ibundanya itu.

Yasmin tersenyum manis. Ia taruh napan itu di pinggir kasur. "jangan heran begitu, dulu pas Bunda Lo masih ada. Pas dia masih tinggal di Indonesia. Gue sama bunda Lo sering masak bareng. Pas mamah kamu lagi bikin nasi goreng Gue cermati deh itu apa aja bahan-bahannya. Pas tau aku lagi liatin mamah Lo masak. Dia senyum dan nyuruh gue bantuin dia bikin nasi goreng. Sampe sekarang gue masih inget bunda Lo bikin nasi goreng gimana...,"

Yasmin malah cerita panjang lebar dan lancar layaknya penyiar radio yang sedang siaran. Men-flashback waktu dulu,
Reno tersenyum. Dan meraih piring nasi goreng itu. Kemudian dimakanlah persuap nasi goreng itu.
Senyumnya tak hilang. Sedang makan pun ia tetap menyunggingkan senyumnya.

Rio tertawa pelan, "pelan-pelan Ren makannya"

Yasmin terkekeh. "gimana nasi gorengnya? Maaf kalo ngga seenak buatan bunda Lo. Gue ngga jago masak"

Reno berhenti mengunyah sejenak, "nasi gorengnya enak. Ini nasi goreng terenak yang pernah gue makan setelah nasi goreng buatan bunda. Thanks yas !" reno tersenyum lagi penuh arti. Dan melanjutkan makannya lagi. Dada yasmin berdesir kencang melihat senyuman itu. Rasanya ia ingin hidupnya dikelilingi oleh senyuman yang dimiliki Reno. Indah !

Di tengah suasana itu, Tiba-tiba Reno menutup mulutnya. Perutnya mual sekali dan juga sakit.

"kenapa Ren?" nada bicara Rio menunjukan betapa khawatirnya dia.

"sakit..," aku Reno akhirnya. Ia meremas pelan perutnya dengan tangan kirinya. berharap sakit itu segera hilang. Tapi nyatanya? Tidak. Justru malah ada cairan kental berwarna merah pekat yang mengotori tangan kanannya. Muntah darah lagi.

Sontak saja mata Yasmin dan Rio membulat saat darah itu terlihat keluar lebih banyak lagi dari mulut Reno dan mengenai sedikit nasi goreng yang masih ada dipangkuan Reno.

"Astaga, Reno !" pekik Rio dan Yasmin bersamaan.

"Gue gak apa-apa" tangan Reno meraih tiga lembar tisu untuk membersihkan darah dimulutnya. Tangannya terasa begitu berat. Ia merasa berat tisu itu berkilo-kilo. Berat sekali. Ia kesusahan untuk menggunakan tangannya.

Sadar akan Yasmin langsung dengan sigap membersihkan darah di mulut Reno. Dan Rio membersihkan bagian Tangan Reno yang sudah di penuhi oleh darah segar.
Mereka tulus melakukan itu tanpa rasa jijik sedikitpun.
Seperti yang Rio bilang dulu.

Darah Lo darah kita juga !

Reno ingin menangis lagi mengingat kata-kata itu. Ia tak peduli ingin dicap sebagai lelaki cengeng sekalipun.

"Hhh.., cukup Yo, Yas ! Gue gak suka diperlakukan seperti orang lemah yang udah ngga berdaya kayak gini" suara serak Reno yang nampak berat dan sulit itu terdengar di tengah-tengah kesibukan Rio dan Yasmin membersihkan muntah darahnya.

"Lo emang ngga lemah Ren. Tapi kita yang lemah disini. Kita lebih lemah saat liat Lo sakit Ren..," Yasmin berujar tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya dari tisu-tisu penuh darah itu.

"udah bersih darahnya.Lo istirahat deh Ren." Rio menatap Reno yang sedang merintih sambil terisak pelan. Dahi sahabatnya itu berkerut. Menahan sakit yang sangat brutal mengoyahkan pertahanannya.

"Ini sangat sakit !"

Lirih Reno sangat pelan. Lebih seperti bisikan di tengah rintih kesakitannya.

Rio dan Yasmin meringis menyaksikan betapa kejamnya pnyakit itu menyiksa sahabatnya.

Reno membuka matanya. Ia mengangkat tangannya dengan susah payah. Bibir bawahnya ia gigit kuat-kuat. Rasanya ngilu sekali. Belum sempat tangannya terangkat sempurna hanya untuk menghapus air mata gadis itu. Ia merasa tangannya terjatuh. Samar-samar ia merasakan sentuhan tangannya yang berangsur-angsur kehilangan kepekaan.

"a..arrg..argghh !"

Rio dan Yasmin semakin meringis mendengar erangan parau Reno.

"Ya Tuhan," Kesadarannya ditarik perlahan. Sakit itu mulai memudar. Tmseluruh tubuhnya terasa ringan. Hanya nama itu yang terakhir kali ia ucap setelahnya hanya gelap yang ia temui.

***

Genggam tanganku
Peluk bayangku
Hangatkan tubuhku
Hapus air mataku
Sungguh Ku tahu
Hanya Kaulah yang mampu ...

***

"Jangan tinggalin gue yasmin, rio. Waktu gue ngga lama"

Tangan kurusnyanya yang dingin berwarna kusam pucat itu kembali menjadi bahan pelampiasan jarum infus oleh dokter.  pernafasannya pun dibantu oleh selang kecil panjang di hidungnya.
Tangan dan kakinya kini sudah bernasib sama. Bahkan hampir 90% tubuhnya tak peka terhadap rangsangan sekecil apapun.

"Terus berjuang, jangan pernah menyerah sampai kamu merasa benar-benar sudah lelah" suara yasmin bergetar serak. Air matanya hampir habis dan hanya isakan-isakan pilu yang terdengar dari gadis manis itu.

Ia mengelus-elus tangan Reno. Telapak tangan Reno ia biarkan untuk membasuh air mata di pipinya. Seandainya Reno dapat merasakan betapa lembutnya pipi sahabat perempuan yang mencintainya itu. Namun nihil ia tak dapat merasakan tangannya sendiri.

"kalian janji kalo gue udah lelah, kalian aka tetap berjuang. Untuk gue" ujar Reno. Suaranya sudah mulai memberat. Reno tahu bahwa ia sudah diikuti dengan sosok tak kasat mata yang menguntitnya sejak tadi. Ia tak tahu dia siapa. Tak tahu apa yang mau dilakukan sosok itu.

Dan yang Rio dan Yasmin tahu, sahabatnya itu bernafas dengan susah.

"Hhh.., banyak ya, hal yang udah kita lakukan bersama . Main basket, lomba lari, taruhan, saling gendong..," Reno menggantungkan kalimatnya. Ia berfikir lagi.

"berantem, lomba bikin istana pasir..,"

"rebutan tokoh kaede rukawa, saling kata-kataan, foto-foto dengan pose aneh"

Rio dan Yasmin menambahkan. Mereka berfikir lagi apa yang sudah dilakukan bersama selama ini.

"jatuh bareng"

"ngecomblangin"

"ketawa"

"dicuekin"

"tegang"

"bolak-balik ke rumah sakit"

"nangis bareng"

"sedih"

"takut"

"cemas"

"sakit"

Mereka menyebutkan satu persatu kegiatan yang dilukannya dari yang masa dulu sampai sekarang.
Ketiganya diam sejenak merasa tak ada yang harus disebutkan lagi. Atau malah terlalu banyak hal kenangan yang mereka lakukan.
Lalu ketinganya saling pandang dan tertawa pelan.

"Kalian bahagia kan selama ini?
Gue bahagia, bahagia banget..," suaranya semakin susah. Sekarang ia tampak seperti orang mengigau. Matanya terpejam. Tapi bibir pucatnya masih bergerak-gerak kecil. Dan terpaksa Yasmin dan Rio harus mengetahui apa yang Reno katakan dari gerakan bibir Reno.

"kita juga bahagia Ren..,"

"kita juga sayang sama Lo..,"

Dua orang itu merengkuh tubuh sahabatnya yang kini tidak lagi bergerak. Organ tubuhnya pun tak mau lagi berkerja untuk tubuh itu. Kini semuanya sudah berakhir.

Tuhan sudah mengambil lagi reno dari sahabat-sahabatnya.
Seberapa banyak pun mereka memberi proposal untuk Tuhan. Reno tetap tak akan dikembalikan.
Ia sudah menjadi milik Tuhan seutuhnya..

Sekarang tak ada alasan lagi bagi mereka untuk tidak menangis hebat.
Yasmin mengecup tangan Reno dan bibir basahnya tak henti mengatakan 'i love you reno' walau ia tahu takkan ada balasan apapun dari tubuh tak bernyawa itu ia kecup rambut itu. Ia harus hafal wangi rambut itu. Sebelum ia tak dapat lagi menciumnya.
Tubuh Rio merosot di samping ranjang Reno. Ia biarkan hati kecilnya meronta-ronta meminta Reno kembali. Air matanya pecah ruah.
Sosok tak kasat mata itu sudah menyelesaikan tugasnya..

Reno.. Dia Sudah pergi, kami dan dia sudah berbeda dunia
Dan tak ada lagi Reno di dunia ini.. Takkan ada lagi..

Berjanjilah wahai sahabatku

Bila kau tinggalkan aku
Tetaplah tersenyum

Meski hati sedih
dan menangis

Ku ingin kau tetap
tabah Menghadapinya

Bila kau harus pergi
Meninggalkan diriku

Jangan lupakan aku
Semoga dirimu disana
Kan baik-baik saja
Untuk selamanya

Disini aku kan selalu
Rindukan dirimu
Wahai sahabatku..

***

Dia pergi
Pergi meninggalkan kami
Tuhan telah membawanya
Dan takkan ia kembalikan kepada kami lagi
Kami yang menyayanginya
Kami yang mencintainya
Biarkan rindu melingkupi air mata kami
Kami belum siap kehilangan
Kami masih ingin melihat senyumnya
Menatap mata sayu nya
Menggenggam tangan hangatnya
Memeluk erat tubuhnya

Biarlah persahabatan kami menjadi butiran pasir putih..

Kecil..
namun indah bila ombak telah menampakan diri di atas putihnya pasir yang disebut sebagai kita..

Putihnya pasir menyimpan banyak cerita haru pilu yang tak lebih dari cerita laut yang menelan Kapal Titanic..

Putihnya pasir yang menyimpan banyak cerita kami..
Kisah peluh yang kami rintis bersama..

Dia begitu banyak meninggalkan kenangan..

Dan sekecil apapun kenangan itu
Seindah apapun kenangan itu
Seperih apapun kenangan yang kami lewati

Biarkan kenangan itu ku abadikan dalam buku catatan usang ini

Kan ku kirim catatan kenangan ini kepada Tuhan,

Kan ku jadikan sebuah proposal untuk Tuhan

Bahwa kami
Menginginkannya

Untuk tetap disini..

Dan kisah kami dan dia akan ku akhiri menutup buku kisah kami yang dramatis ini...

Dan Tuhan cukup tahu bahwa kami sangat mencintai..

Dia..

Yang sering kami sebut sebagai...

Sahabat...

Dan inilah kisah kami..

Aku, Rio dan Dia.. Reno..
kisah biasa, bukan?
mungkin itu menurutmu !

tidak menurutku..
ini adalah kisah luar biasa !
kehilangan yang membuatku sadar siapa dan apa itu yang disebut...

Sahabat !

    _Yasmine Diandra_


                 The End




Teman mana yang sangat berteman seperti sahabat?

dan sahabat mana yang bersahabat tak lebih dari teman?

bedakanlah tentang sahabat dan teman..

Sahabat baik dan Teman Sejati..

adakah dia disaat kamu senang?
adakah dia disaat kamu duka?

jika iya..

maka Dialah Sahabat Sejatimu..

jika tidak..,

maka saat itulah kamu tahu dia hanya teman atau Sahabatmu !

By: Jelita Triana.

Seputih Pasir (Semi Last Part)




     Bibir pucat itu bergetar. Giginya gemeletuk tiba-tiba,
Membuat gadis manis yang kali ini nampak begitu berantakan terbangun meninggalkan bunga tidurnya,

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu tersenyum tipis saat melihat lelaki di hadapannya tampak sedang menatapnya lirih. Bibir lelaki itu bergetar. Ia menggigil.

"aku kedinginan..,"

Yasmin terenyuh sesaat mendengar suara parau jelas tertangkap oleh gendang telinganya. Langsung saja ia tarik selimut yang menutupi kaki lelaki itu untuk dinaikan juga agar menutup badannya.

"masih dingin yas..,"

Yasmin terdiam sejenak. Ia berfikir.

"pake jaket gue ya"

Yasmin membuka jaket switer coklat dari tubuhnya. Ia kibaskan perlahan jaketnya dan ia taruh jaket itu di atas badan Reno yang kini tangannya sedang disilangkan. Menahan dingin.

"masih dingin?" tanya yasmin. Dua Telapak tangannya ia saling tumpukan dengan telapak tangan kanan reno yang bebas jarum infus. Reno tampak tersenyum manis. Yasmin langsung gelagapan pelan saat tak sengaja menangkap senyuman Reno.

"Yasmin..,"

"apa Ren?"

"makasih..,"

"berapa banyak terima kasih yang Lo ucapkan. Sedangkan Gue ngga minat kok ngoleksi kata terima kasih dari orang yang udah gue bantu."

Reno bergeming sejenak untuk meresapi kata-kata Yasmin barusan. Dan ia tersenyum lagi. Senyum jahil.

"tapi Lo mengoleksi setiap jenis senyuman yang gue kasih." goda reno. Suaranya masih terdengar sedikit parau dan putus-putus.

Yasmin menganga, ia bergidik geli sendiri

"apaan sih, modus banget..," gumamnya pelan.

"Yasmin"

"hmm..,?"

"Lo sayang ngga sama gue"

"sayang lah..,"

"yasmin"

"hmm..,"

"yasmin,,"

"apa sih Ren?"

"sampai kapan tangan Lo mampir di tangan gue?"

Pipi yasmin panas. Dicampur dengan guratan merah. Ia membuang muka kesembarang arah; ia salah tingkah.

Reno hanya tertawa kecil dibuatnya.

Pintu terbuka. Terlihat lelaki berpostur jangkung besar berdiri di ambang pintu membawa beberapa snack di tangannya.

"hehe, hai" sapanya sambil menampakan cengiran khasnya.

Ia berjalan ke arah Yasmin dan Reno yang masih stand by pada posisinya masing-masing dan masih menatapnya.

"kok baru dateng?"

"tadi di sekolah ada masalah sedikit"

Reno dan yasmin megernyitkan dahi.

"masalah?"

"eng.. Udah ngga usah dipikir. Nih snacknya. Pasti pada laper"

Rio menaruh beberapa snack ke meja kecil di samping ranjang rumah sakit yang reno tempati.

"thanks Yo.., tau aja gue laper" yasmin membuka salah satu bungkus ciki lalu memakannya lahap seperti orang kesetanan.

Reno hanya tersenyum. Matanya sayu; gara-gara jagain gue Lo jadi kelaperan ngga makan. Maafin gue yas.

"mau ren?" yasmin menyodorkan snack di tangannya ke depan reno. reno hanya tersenyum dan menggeleng pelan.

Sebenarnya ia ingin meraih makanan ringan itu dan memakannya lebih lahap daripada yasmin.
Namun tiba-tiba saja tangannya terasa berat untuk digerakan.

Rio yang sedari tadi sudah memasang posisi duduk di sofa. yang tersedia itu hanya melamun.
Ia memikirkan aksi debatnya tadi di sekolah.

Ya, masalah kecil yang ia katakan, sebenarnya adalah masalah besar !

[Flashback on]

Pemuda yang kini sedang tampak lusuh dan seragam putih dan abu-abu masih melekat di tubuh kekarnya, nampak sedang mengatupkan kedua telapak tangannya. memelas dan menyeringai.
Tidak terima atas sikap guru olahraga yang mencabut jabatan orang yang bisa dibilang cukup penting tanpa alasan. Dan itu terjadi pada sahabatnya.
Guru-guru yang sedang bersantai dimejanya pun nampak menggeleng-gelengkan kepala dan menatap sinis murid yang selama ini diketahui adalah murid teladan cukup berprestasi yang sekarang sedang memelas pada guru olah raga ㅡPak Reiㅡ dengan sikap yang bisa dibilang tidak sopan.

"pak saya mohon ! Oke fine kalo bapak mau out reno dari kedudukan kapten tim basket. Tapi tidak dengan cara seperti ini Pak !"

"Rio, ini sudah keputusan anak-anak basket. Layak jika Reno di cabut jabatannya. Lagipula dia sudah tidak bisa bermain basket lagi kan? Lagipula kamu bukan bagian dari anggota tim basket kan !" balas Pak Rei. Nadanya sedikit menekan, tak ia kira Rio bisa setidak sopan seperti ini memelas untuk sahabatnya.

Rio sedikit menggebrak meja yang kebetulan ada disampingnya. Ia sangat kesal. guru-guru semakin menatapnya sinis. "Pak ! Saya disini membahas Reno ! Setidaknya bapak melakukan ini dengan cara yang terhormat bisa kan? Bagaimana pun reno adalah murid yang baik dia mvp. Dia pernah mengharumkan nama sekolah ini ! Dan bapak menyingkirkan begitux saja reno? Secara tidak hormat pula !"

"Rio berhenti bicara ! Sekarang juga kamu keluar dari ruangan ini !" Pak Rei mengacung-ngacungkan telunjuknya ke arah pintu.

Rio membenarnya tasnya. Ia bersiap melangkah keluar dari ruangan itu. "kayaknya memang sudah watak orang indonesia kali ya ! Tidak menghargai ! Pantas saja Pak Habibie pindah warganegara. Yang pinter korupsi doang yang di bela-in !"

Rio bergegas pergi dari ruangan itu dengan emosi yang masih memuncak. Tidak peduli dengan hari berikutnya ia ingin di cap apa oleh seluruh orang disekolahnya karna telah membangkang dengan guru. Yang ia pikirkan adalah bagaimana mungkin orang baik semacam Reno di perlakukan seenaknya seperti sekarang ini..

[Flashback off]

Rio tak sadar dengan suara yasmin yang sudah memanggil namanya berulang kali. Ia masih kalap dengan kejadian tadi siang di ruang guru.

"Rio !"

Rio terlonjak. Tersadar dari lamunan kelamnya.

"apa?" tanyanya ketus. Puncak kelesalan masa di sekolah tadi masih berbekas dihatinya.

"Lo bawa mobil kan?" yasmin nampak sedang membenah tas Reno. Membereskan baju sahabatnya yang disimpan di rumah sakit selama reno di rawat. Dan sekarang reno sudah dibolehkan pulang. Itupun setelah reno mengada-ngada kepada dokter kalau dirinya sudah baik-baik saja.

"Iya, gue bawa mobil"

Yasmin tersenyum. Rio mengusap wajahnya. Memcoba melupakan kejadian tadi siang.

"ada apa sih yo?" tanya Reno pelan. Tubuhnya masih lemas dan sedikit kaku untuk banyak bergerak.

"kenapa apanya? Ngga apa-apa. Cuma cewek biasalah.. Rempong !" entah bohong atau tidak. Rio gelagapan. Pasti Reno marah besar jika tahu bahwa sahabat tertuanya tadi siang berdebat dengan seorang Pak Rei. Guru olah raga. Apalagi tahu bahwa Reno sendiri yang menjadi bahan perdebatan itu.

Reno tertawa pelan. Yasmin melirik rio sinis. Sebagai perempuan ia tersindir dengan ucapan rio yang asal nyeletuk.

Hey tidak semua wanita seperti itu ! Wanita mana yang lebih agresiv selain karna sayangnya yang berlebih !

Sorak yasmin dalam hati. Bukankah laki-laki lebih utama tugas menjaganya? Dan wanita adalah yang dijaga ! Wanita tidak akan baik bila lelakinya saja tak lebih dari buruk.

"semprul !" yasmin melempar sisir yang kebetulan ada di tangannya ke arah rio.
Yang jadi sasaran lempar hanya menghindar sambil tertawa tentunya. Reno hanya geleng-geleng kepala melihat keduanya. Kini ia terduduk di sebuah kursi roda berhubung kakinya sudah tak berdaya lagi. Dan satu hal yang ia pikirkan.

Bukankah bermain bola membutuhkan sepasang kaki ?

Baiklah. Kini satu hobbynya sudah benar-benar pupus oleh penyakit yang bersarang ditubuhnya yang kian lama makin parah saja.

*

To Be Continue !

Seputih Pasir (Part 18)



     Reno terkulai lemah di punggung Rio, ia pingsan.

bersamaan dengan air mata rio yang terjatuh menyentuh tanah.

Rio tetap melangkah masuk ke dalam kamar reno, yasmin dan mbak anis masih ada di luar kamar.

"ren, reno" ia memanggil lirih nama reno. Dan ia baringkan tubuh lemah sahabatnya di ranjang.

"tidur ternyata" rio mendesah pelan.
Ia elus pundak reno pelan.
Yasmin masuk ke kamar reno. Ternyata mata yasmin lebih basah.
Yasmin berdiri disamping rio yang duduk di kursi samping ranjang reno.

Yasmin mengambil selembar tisu. Ia mengusap perlahan hidung reno yang masih ada sisa bercak darah. Dengan hati-hati ia melakukan itu.
Yasmin memperhatikan detail wajah polos reno yang kini nampak pucat sayu.
Yasmin terisak hebat Air matanya berderai lebih dalam.

"get well soon, Reno" lirihnya. Dan ia yakin kata-kata itu takkan terkabul sampai Tuhan sendiri yang memutuskan.

Perlahan yasmin mengecup kening reno yang masih terlelap.

Air matanya terjatuh di wajah reno. Dan itu membuat reno yang tertidur pun mengeluarkan air mata.

Rio memeluk yasmin erat. Ia juga menangis.

"dia bakal sembuh kan Yo? Kita bakal kayak dulu lagi kan ? Main basket bareng dia. Lomba lari? Kita bakal kayak dulu kan Yo? Penyakit sialan itu ngga bakal hancurin dia kan Yo? Ngga bakal hancurin persahabatan kita? Ngga akan kan Yo? Jawab gue Yo ! Jawab gue ! Jawab !" yasmin memperat pelukannya.

"ngga akan"

suara serak lirih yang terdengar seperti bisikan itu membuat rio dan yasmin menoleh.
Dilihatnya reno masih terpejam. Tapi rio dan yasmin yakin itu adalah suara reno.
Mereka tersenyum dan tertawa kecil

Rio mengelus lagi lengan reno. Dan yasmin mengusap rambut reno. Sungguh mereka tak ingin semuanya direnggut waktu

"dasar reno, tidur aja masih bisa ngejawab"

"hebat banget kan dia yas"

Masih dengan sisa isakan, mereka mencoba tertawa
Dan terukir kebahagiaan dan damai di wajah polos reno yang masih saja tidur.

"kalo seandainya reno harus ninggalin kita, apa semuanya masih sama yas? Apa ada yang bisa gantiin dia? Apa ada yang bakal ngajak kita main basket lagi? Lomba lari ke taman? Taruhan nulis catatan pelajaran? Ngga ada yas. Orang kayak reno cuma satu di dunia ini, dan itu cuma dia. Reno sahabat kita..,"

"ngga Yo, gue yakin reno ngga bakal ninggalin kita. Dia kuat. Secara dia kan kapten basket,..." air mata yasmin meluncur deras saat menyadari satu hal  bahwa reno tak bisa lagi main basket, tidak juga menggocek bola. Jangankan menggocek bola dan memantulkan basket, memegang pena pun sudah menjadi masalah besar untuknya.

*

Hampir tengah malam ini reno belum terbangun juga. Banyak keringat yang terproduksi oleh tubuhnya yang sekarang agak mengejang.

Akhirnya Mbak Anis memutuskan untuk membawa sepupunya ke rumah sakit untuk menghindari kemungkinan buruk, dibantu juga oleh yasmin dan rio yang kebetulan masih setia menemani sahabatnya.

"udah jangan nangis terus"

Rio berjongkok, menyamakan pandangannya ke mata sembab yasmin yang kini tertunduk,

Yasmin hanya mengangguk kecil dan menghapus sisa air mata di pipinya.

"bentar ya yas, ada telpon" rio agak menjauhkan diri dari yasmin yang masih terduduk lesu dengan tampang yang sepertinya lelah.

Tak sampai semenit, rio kembali lagi ke tempat duduknya semula. Yasmin mennautkan alisnya bingung, mimik muka rio membuatnya bingung dan gelisah apa yang terjadi dengan rio? Siapa si penelpon tadi?

Sadar akan tatapan mata yasmin, rio langsung tersenyum, "Gue di cabut dari gelar wakil ketua osis, sekaligus di out juga dari keanggotaan osis"

Yasmin tercengang, ia berfikir keras, kesalahan apa yang dibuat rio sehingga di out begitu saja dari osis?

"Lo buat salah apa emangnya yo?" yasmin bertanya masih dengan suara bergetar sisa menangisnya,

Rio menggeleng pelan, ia tahu apa penyebabnya ia di keluarkan dari osis, meskipun alasan itu tidak masuk akal menurut otaknya. Dan ia tak mau memberitahu yasmin.

"masa ngga ada penyebabnya?"

"udahlah yas, ngga usah dipikirin, jabatan wakil ketua osis ngga lebih penting dari persahabatan kita" rio tersenyum lagi dan sedikit menghimbur. walau sebenarnya hatinya bertanya tanya mengapa seseorang penelpon tadi bicara seenaknya begitu.

-oOo-

Awan senja pagi ini tidak berniat datang sepertinya. Matahari pun terlihat samar. Siapa yang membuat janji dengan matahari ? Sehingga ia tak mau datang pagi ini ?

"reno, handphone Lo geter nih"

Ujar rio yang sedang menggenggam telepon genggam reno.
Reno baru sadar saat subub tadi.

1 New Message

Begitu tulisan yang tertera di layar handphonenya.

Ia buka pesan itu,
Mimik wajah reno berubah. Yang awalnya memang pucat sekarang menjadi jadi lagi pucatnya.

"gue diout dari tim basket?" lirih reno, tubuhnya lemas seketika. Tangannya mengepal, matanya terpejam dan digigitnya bibir bawahnya yang sudah hampir kehilangan gunci merahnya. Ia kesal tapi juga bingung.

Kok bisa sama kayak gue?

Tanya rio pelan tentu dari dalam hati sehingga tak ada yang mendengarnya.

"Lo kan kaptennya ren?"

"gelar kapten tim basket gue dicabut" reno meunduk lesu,

"tapi yaudahlah, ngga usah dimasalahin, jabatan kapten basket dan mvp ngga lebih penting dari persahabatan kita ini"

Reno tertawa kecil. tapi Reno mengutuk ucapannya barusan. Ini adalah masalah besar untuknya !
Ia sangat marah saat ini, terlihat wajahnya merah padam. Ia tak terima jika harus dikeluarkan dengan cara tidak hormat seperti ini. Dan tanpa alasan yang jelas ia dikeluarkan.

Rio juga tersenyum.
Beda dengan yasmin.

Yasmin melongo, wajahnya lucu sekali saat itu. Ia bergantian memandang rio dan reno.

"kok kata-kata lo sama sih? Kayak kata-kata rio semalem? Wuihh.. Ajib !" yasmin nyerocos sendiri.

Reno dan rio mengangkat sebelah alis dan tertawa,

Penyesalan itu lenyap begitu saja. Dan memang seharusnya masalah bukanlah jalan untuk menutup gerbang kebahagiaan...

***

Teruslah berdetak
Jangan pernah berhenti
Sampai jantungmu tahu
Ada aku didalamnya

***

Matanya terbuka perlahan
kepalanya berat. dadanya masih agak sesak,

Ia ingat, tadi malam tubuhnya tak lagi bisa berkompromi dan sahabatnya sudah pulang dan belum datang sekarang, matahari pun masih tidur. Mungkin. Ia masih stres, tidak terima cita-citanya dihancurkan,

"ughh,, aww !!" ia meringis setiap badannya bergerak mengganti posisi

Reno merasa ada yang aneh dengan salah satu bagian tubuhnya,

"kaki gue, Ngga bisa..," ia meraba raba kakinya. Namun kakinya bergeming tak peka dengan sentuhan tangannya.

Tidak !
Tidak mungkin secepat ini !

Reno tetap memaksa kakinya bergerak. Walau itu sangat ngilu dibuatnya. Kakinya bergetar kencang. Air matanya hampir menetes lagi kali ini setiap sakit itu mengelabui dirinya. Namun ia tak ingin menjadi lemah untuk sekarang. Bukan waktunya.

"ya allah, sakit banget..," reno meringis, suaranya bergetar

Kakinya kini menyentuh lantai, namun ia tak merasakan dinginnya lantai keramik putih kala itu.

Brukk !!

Belum sempat berdiri tegak, tubuhnya sudah terlanjur terbanting ke lantai yang dingin itu,

"Arrrggghh !! Bunda ! Tolong reno !! Sakit .., arrgghh !"

Entah sadar atau tidak. Nama itu tersalip di setiap erangan menyakitkannya namun terdengar lirih.

Kali ini seluruh tubuhnya benar benar di kuasai satu hal. Sakit.
Dadanya sakit tak main, membuat tangannya yang sudah hampir kehilangan kepekaan itu mencengkram dadanya sendiri. Kali ini darah itu kembali mampir lagi. Bukan dari hidungnya, tapi mulutnya. Muntah darah,

Ia berusaha dengan sisa tenaganya untuk membangunkan tubuhnya dan berharap dapat menggapai masker oksigen yang ada di bantal ranjangnya guna membuat paru-parunya terisi meskipun sedikit.
Untuk duduk saja, Tubuhnya tak dapat diajak berkerja sama.

Ia kembali terjatuh. Kali ini tenaganya benar-benar habis. Untuk mengerang pun rasanya susah. Tubuhnya tak bergerak. Yang terdengar hanyalah bunyi jam detikan jam dinding yang bersahutan dengan nafas memburunya. Namun kian lama nafas itu melemah begitu pula dengan detak jantungnya

Pelan

Sangat pelan

Semakin pelan

Dan akhirnya...,

"RENO !!!"

pekikan menggelegar seseorang ia dengar dengan samar. Matanya sudah tertutup. Dan ia tak sadar tubuhnya sedang di papah kembali di ranjang.

Kesadarannya masih diperebutkan oleh terang dan gelap

"tarik nafas ren, gue mohon bernafaslah !"

Reno kembali bernafas saat masker oksigen menempel di sekitar hidung dan mulutnya yang masih dilumuri darah. nafasnya sangat cepat dan kritis.

Orang itu menusukan perlahan jarum ke punggung tangan reno. Infusan yang tadi sempat lepas saat tragedi jatuhnya tadi.

"gue ngga bakal ninggalin lo sendirian lagi"

Bisikan lembut dan suara yang khas dan reno hafal itu tertangkap oleh indera telinganya. Walau masih agak samar. Dan tangannya terbungkus oleh genggaman hangat tangan seseorang

Suara Yasmin

Itu yang reno tahu, Semuanya tiba-tiba direnggut oleh kegelapan

Dan ia tak ingat apa-apa lagi..,

*

To Be continue !

Seputih Pasir (Part 17)




     Aku tak ingin membaginya
Kau tahu?
Rasanya sakit sekali !
Jika kamu bisa melihatnya
Mungkin kamu akan melihat aku sedang menjerit merasakannya !

***

Semua masih sibuk dengan kegiatannya masing masing
Mbak anis yang sedang menyetir tampak santai dan menyalakan radio mobil dengan volume kecil. Penyiar di dalam radio itu sudah nyeletuk sendiri.
Rio serius dengan matematika di pangkuannya tapi kemudian dia megangkat telepon genggamnya dan mengetik lalu ia lanjutkan matematikanya sejenak kemudian dia kembali mengangkat hpnya dan begitu setetusnya. Sedangkan yasmin asyik mengotak-ngatik BB-nya, ia tak dapat bergerak bebas. Reno yang sedang terlelap menjadikan pahanya untuk dijadikan bantal.

"Rio sebenernya belajar atau sms-an sih?"

Rio melirik yasmin yang duduk di belakang lalu nyengir tanpa jawaban.

"pacaran Lo, ya?" ledek yasmin sambil memainkan jarinya.

"rio pacaran? Ciee" mbak anis berjingkrak pelan dan tersenyum menggoda ke arah rio.

"eh apaan sih"

"cie salting.. baru jadian tuh mbak seminggu yang lalu.." yasmin meledek lagi. mbak anis cengengesan. dan pipi rio makin panas. sedangkan penyiar terus berceloteh di radio.

"wah nih bocah buka kartu gue Lu !"

"PJnya dong Yo !" ucap mba anis menggebu gebu. namun tak dihiraukan oleh rio, ia malah menatap Reno yang mulutnya sedang menimbulkan erangan-erangan kecil

sadar akan itu mbak anis lebih memilih melihat dari kaca spion. terlihat wajah yasmin yang terores sedikit kecemasan. bukti ada hal yang tidak beres.

"Reno kenapa yo?"

"Reno.."

"erggh.. hhh...hh.." reno berusaha bangun tapi entah mengapa sekujur badannya tiba-tiba saja nyeri
nafasnya pun tak beraturan, ia sesak nafas.

"kenapa dia Yas? kasih obatnya yas ! mbak mau ngebut. bentar lagi nyampe" mbak Anis cemas. ia mencoba tenang dan mengendalikan kendaraannya lebih cepat.

"Arrrgghh !" Reno memaksakan tubuhnya didudukan. perutnya sangat mual, tubuhnya sakit tiada tanding, dadanya sesak.

"nih obatnya yas" Rio menyerahkan beberapa butir kapsul obat. yasmin menerimanya dan mengambil sebotol air mineral dengan tergesa-gesa. ia cemas

"nih ren"

Reno tak menanggapi. ia menutup mulutnya agar tak muntah sekarang juga. kulit putihnya sudah pudar dan berganti menjadi pucat kusam, bulir-bulir keringat bermunculan di dahinya yang kemudian muncul juga di tubunnya.

"sakit banget..," sekuat tenaga ia mengaduh lirih. dan justru itu membuat perutnya semakin tak enak.

"gimana ini mbak?"

mbak anis mengerem tepat di depan area rumah kakanya yang sekarang adalah rumah reno dan dia.

"reno, kamu bisa jalan kan?"

reno membuka matanya, tangannya ia turunkan dan mengganti menekan dadanya. ia meringis. reno tak tahu lagi bagian tubuh sakit mananya yang harus disentuh. pasalnya seluruh tubuhnya kini sangat sakit.
reno mengerang merintih meringis. berharap sakitnya hilang. air matanya hampir meluncur saking sakitnya tubuh itu.

"reno !" pekik yasmin keras saat melihat darah meluncur bebas dari hidung sahabatnya

"reno mimisan lagi mbak"

"eng.., biar gue gendong reno" rio turun dari mobil dan membuka pintu bagian tempat duduk reno. reno sendiri hanya diam tak bisa apa-apa,

Ia sadar kini dirinya memang tak berdaya.

"sini ren !" rio merangkulkan tangan reno ke pundaknya dan ia merasakan hawa dingin merayap ditubuhnya saat tubuh reno terangkul di pundaknya. beruntung darah di hidung reno tidak terlalu banyak.

"hayo yas, mbak"

mbak anis jalan duluan untuk membuka pintu rumah
dan yasmin membawa tasnya tas rio dan obat-obatan reno.

rio nampak tak kesulitan. ia tersadar bahwa tubuh sahabatnya memang kurus. kontras dengan tubuh rio yang berotot dan kekar.
meskipun tak keberatan langkahnya tetap terasa berat karna ringisan dan rintihan yang terus terlontar dari mulut reno. dan nafas reno yang panas tepat menyapu lehernya.
dan tak sadar mata rio memerah. ia tak kuat. ingin sekali menangis setiap suasana ini tercipta.
namun tergores sedikit senyuman tipis di bibir tebal rio.

dan di punggung rio ternyata mata reno sudah basah. ia marah menyesal juga sedih.
ia ingin marah setiap melihat kondisinya seperti sekarang.
menyesal karna mengapa ia baru sadar bahwa dirinya sangat lemah seperti ini.
dan sedih karna mengapa harus Rio sahabatnya yang harus rela dan tulus menggendongnya saat ini. rio dan yasmin terlalu banyak berkorban untuknya. dan ia selalu berfikir kapan terakhir kali ia melakukan sesuatu untuk sahabatnya? yang ia tahu belakangan ini ia hanya menyusahkan !

    Sehebat apapun gue menutupinya, kalian tetap akan merasakannya kan?
ini sakit sekali !
dan.., sesakit apa yang kalian rasakan?
sesakit apapun itu tolong..,  maafin gue'

dan Rio merasakan itu. rio bisa merasakan reno sedang menangis. ia sadar pundaknya sedikit basah dan terdengar isakan pelan di telinganya. dan itu pasti reno, orang yang sedang digendong di punggungnya saat ini.

"reno Lo nangis?" rio melirih pelan hampir berbisik. perlahan tangan yang ada dipundaknya melonggar. isakan itu tak terdengar lagi. terakhir yang ia dengar adalah nafas yang memburu dan erangan yang agak keras. dan sekarang tak terasa lagi. hanya nafas panas yang ia rasa. dan rio masih bersyukur sahabatnya masih bernafas.

Reno terkulai lemah di punggungnya, ia pingsan.
.
bersamaan dengan air mata rio yang terjatuh menyentuh tanah..

*

To be Continue !

Seputih Pasir (Part 16)




     Bahagia
Tak perlu dengan cara yang rumit
Satu kata Bersama
cukup membuatku bahagia
Ku harap kalian juga...

***

"tidak ada cara lagi bu. kanker di tulangnya sudah menyebar luas. setelah menyerang bagian pencernaannya. kanker itu juga sudah sedikit menyentuh alat pemompa darahnya"

"maksud dokter ? jantungnya?"

"iya. dan itu artinya penyakitnya sudah sangat parah"

"iya dok saya mengerti. dan reno juga sepertinya tidak akan pernah mau untuk dikemo"

"lagipula tingkat penyakitnya sekarang, kecil kemungkinan untuk sembuh dengan cara di kemoterapi. takutnya akan terjadi penolakan dari tubuh dan fisiknya. dan dari hasil pemeriksaan tadi. pasien sedang terkena tekanan batin, benar?"

"iya dok. dia sangat syok. beberapa hari yang lalu ibunya meninggal dan dia tidak mau berinteraksi selama lima hari penuh. apa itu mengaruh bagi kondisinya dok?"

"sudah pasti itu sangat mengaruh."

*

"mbak tolong pegangin ini dong sebentar, yasmin mau pake bedak" gadis remaja ini sibuk dengan bedak dan make up lainnya. suatu hal wajar untuk wanita.

"ya ampun. kamu udah cantik kok yas" puji mbak anis membuat pipi yasmin sedikit merah.

"jangan dipuji mbak. nanti terbang dia" celetuk reno yang sedang duduk tepat di samping yasmin.

"Ye, sirik aja Lu"

"biarin gue ganteng ini"

"Hhh.. sakarepmu wae lah"

"ciah, si yasmin jawanya keluar"

"pengen gue tampol Lo hah?" yasmin memasang ancang-ancang.

"yeh.. orang gue pengennya di cium !"

yasmin mendadak jadi patung kepiting rebus.
panas dan warna merah merayap tepat di pipi yasmin.

"blashon nya ketebelan ya yas?"

"bukan blashon itu mbak. tapi efek dari kelakuan reno" rio sedikit berbisik ke mbak anis. dan mbak anis sendiri hanya terkikik geli.

"eng.. ah tau ah ! nyebelin Lo ren !" yasmin memajukan bibir mungil merahnya. dan itu membuat reno semakin senang karna menurutnya mimik muka yasmin setiapu kali seperti itu sangat menggemaskan.

"tadi kata dokter apa mbak?"

mbak anis terdiam.

reno meringis. ia berlirih. "penyakit reno sudah sangat parah kan mbak?"

mbak anis menghela nafas berat. dadanya sesak saat air di pelupuk matanya ingin bersiap berlomba meluncur untuk keluar.

yasmin dan rio hanya mendesah. daripada sekarang ini mereka lebih suka suasana beberapa menit yang lalu.

"kankernya udah sampe mana mbak?"

"Hhh.. jantung kamu" seketika nafas mbak anis, dan juga rio dengan yasmin tercekat. hanya nampak reno yang diam dengan tampang datarnya. datar sekali

"oh, hehe. pantes aja dada reno sering sesek kadang juga sakit" reno mangut mangut mimiknya tak menunjukan ekspresi apapun. membuat ketiganya bingung. harus sedih, lega atau senang karna reno seperti tak menyedihkan lagi.
tapi matanya sungguh memancarkan kesakitan yang mendalam.

"itu sesek karna penyakit apa karna efek bikin yasmin salting terus?" rio tersenyum simpul dengan masih posisinya yang saat itu fokus dengan jalanan. karna ia yang menyetir saat ini.

entah mengapa. reno dan yasmin jadi salah tingkah sendiri. dada keduanya berdesir hebat. jantungnya berdetak 100 km/jam (?) lebih cepat.

"eng.. emmh.."

"hah? uhm.. eng.. kata siapa ih rio"

mbak anis dan rio berdehem

"apaan sih. gak jelas !"

"tau ih. mbak kita ke pantai dulu ya. pleasee.."

rio dan mbak anis berdelik; ngalihin pembicaraan aja deh.

-oOo-

"yasmin sini dong ikut main"

"bentar"

yasmin mengankat penanya lalu menaruhnya kembali ke tas ransel mininya. dan kertas yang ada ditangannya ia lipat menjadi sebuah perahu.

ia luncurkan kertas perahunya ke hamparan laut.

terlalu sinetron memang. tapi ia berharap ini memang sinetron yang melow galau yang akan banyak keajaiban dikeesokan harinya.
Dan bukankah, hidup ini adalah panggung sandiwara ?

"hhh.. dear God..semoga perahuku sampai. meskipun tidak, setidaknya Tuhan tahu apa yang aku harap walau tak tertulis sekalipun"

Reno Rio dan Mbak Anis yang melihat yasmin komat kamit tak jelas disana hanya bergidik geli.

"DASAR GILA"

yasmin beralih pandang saat mendengar namanya disebut sebut. menatap orang itu sinis.

"suka suka gue dong ! yang gila kan gue bukan elo"

Yasmin berjalan ke arah reno. yasmin tak terima dirinya dibilang gila oleh reno.

"tetep aja gila. ngomong sendiri sama air pula. dasar Ms.dramaqueen"

yasmin mengambil ancang-ancang ditangannya sudah ada gumpalan pasir laut di tangannya yang mengepal lalu dengan sigap ia lemparkan tempat di ubun-ubun sasaran.

"huahh yasmin ! kotor tau rambut gue! dasar nyebelin!" ujar reno bersungut sungut.

"yah karna udah nyebelin yaudah deh" yasmin mencipratkan air laut ke muka dan tubuh reno. dan reno tak bisa menghindar dari kejahilan yasmin sahabatnya.

"nyebelin banget kan?" yasmin tersenyum meremehkan

"sangat bin very very very nyebelinnnn !!!"

Reno bergerutu
yasmin kembali mengambil ancang ancang namun kali ini reno memberi aba-aba dan kemudian berlari menjauh ke tepi pantai.
yasmin mengejar dari belakang.

Mbak anis dan Rio yang sejak tadi diam melongo akhirnya tersenyum kecil melihat dua orang itu saling tertawa lepas.

"sayangnya Mbak ngga bawa kamera nih"

"pake hp aja mbak" Rio mengeluarkan hp nokia jadul made in china nya. sedangkan Mbak Anis sudah siap dengan BBnya.

rio tersenyum kecut, 'yaelah jaman modern gini masih aja gue pake hp jadul. ngga jaman banget. tapi emang masalah gitu?

"pake BB dong Yo. Biar kita bisa bbm-an"

"hehe ngga ah mbak ngga tau cara pakenya. Dan kayaknya juga emang ngga mau tau . Hehe"

"ye, coba dulu dong"

"haha. Rio ngga tertarik mbak. Lagipula ngga tau gunanya apa. Kalo boleh pilih sih rio lebih pilih punya kantung ajaibnya doraemon. Hehehe"

"ckck, iya deh yo apa kata kamu aja. Hehe"

Seasiknya berbincang tentang masalah si BB. Tiba-tiba yasmin yang ada di ujung dekat karang besar sana berteriak histeris.

"reno mbak !" pekik rio. Namun mbak anis sudah terbirit terlebih dahulu mendatangi yasmin yang masih beeteriak teriak memanggil nama 'reno' dan reno yang tergeletak di pasir.

"Reno kenapa !"

"reno !"

Rio menyusul mbak anis yang sudah lebih sampai di dekat karang besar tempat yasmin dan reno berasal.

"gue ngga apa apa ! Cuma pengen kalian ikut basah-basahan ! Hahahha" reno menyembur-nyemburkan air laut ke arah mbak anis dan rio yang sudah kesal dibohongi reno.

"pinter akting juga Lo...,"

Rio membalas menciprati reno dengan air tepi laut. Dibantu juga oleh mbak anis dan yasmin juga ikut-ikutan membantu rio.

"Wooo.., curang eh ! Masa tiga lawan satu !"

"Sebodo !!"

Reno menunduk badannya berjongkok. Lengannya ia gunakan untuk melindungi serangan bertubi tubi dari Rio, mbak Anis dan Yasmin.

Semua tertawa
Tertawa bahagia.

*

To Be continue !

Seputih Pasir (Part 15)




     "Udah yuk Yo. Kita kerumah Reno. Takut keburu maghrib"

"okey bentar gue ambil tas dulu"

Rio pergi mengambil tas di lesehan yang kebetulan dekat dengan pantai itu. Dan yasmin masih sibuk mengibaskan rambutnya yang sedikit terkena air bercampur pasir.

*

Rio mempautkan alisnya, ia melihat seorang berfisik kurus dan dibalut jaket Abu-abu di luarnya, "Reno?"

Seorang pemuda berjaket abu abu itu menoleh ke asal suara yang menyebutkan namanya. Lalu ia kembalikan lagi kepandangannya semula. Lurus menghadap bentangan laut nan luas.

"re..reno sejak Lo disini?" yasmin yang bru saja datang yang awal niatnya ingin menyusul Rio menjadi ikut-ikutan terpaku saat melihat Reno. Sahabatnya yang selama ini berdiam diri di kamar dan tak menghiraukan kedatangan mereka kini sedang duduk di.pasir hitam sambil menekuk kedua lututnya dan mata cekungnya menatap kosong ke arah laut dihadapannya.

"sejak kapan Lo disini?" yasmin mengulang lagi pertanyaannya

"dari tadi" jawabnya singkat.

"dari tadi kapan?" yasmin sebenarnya hanya basa basi tentang pertanyaan pertanyaannya. Ia ingin mendengar lebih banyak suara yang dikeluarkan dari mulut Reno yang ia tahu belakangan ini begitu hemat suara.

"sejak kalian main-main sama pasir"

"Lo ngapain kesini?"

"ketemu Lo berdua"

"buat?"

"minta maaf"

"soal?"

"semuanya"

"Lo udah ngga marah lagi sama kita?"

"Hhh.. Kalo pertanyaan Lo masih banyak mending kita pulang dulu" reno bangkit dari duduknya. Berdirinya agak kurang tegap. Tubuhnya sangat terlihat lemas. Ia menutup resleting jaketnya. Dan menyilangkan kedua tangannya lalu menggosok gosoknya ,, "disini dingin" lirihnya pelan. Sampai posisinya berdiri pun matanya masih mengarah ke laut sana.

Yasmin dan Rio yang masih bergeming akhirnya tersadar.

"Reno kita kangen Lo"

Yasmin merengkuh tubuh ringkih Reno dari belakang. Dan saat itu pula dadanya sesak. Bias air mata membuat matanya buram. Ia ingin menangis saat merengkuh reno saat itu pula ia merasakan bahwa lelaki ini sangatlah rapuh

"Reno"

"Lo udah ngga apa-apa?" Tanya rio perlahan.

"Kalian kira gue kenapa?"

Rio menggeleng pelan. Reno tersenyum. Senyuman manisnya.

"Yuk pulang"

-oOo-

Jam dinding menunjukan jarumnya keangka 1. Dan Reno  masih terpejam bersama bunga tidurnya. Rio dan Yasmin baru saja pulang dari sekolah. Dan terpaksa harus memberi keterangan kepada wali kelas bahwa reno tidak masuk lagi karena sakit.
Dan tadi malam ia tertidur di kamar Rio. Dan tuan rumah pun tak niat memangunkannya.

"Hhh.."

"heh kebo udah bangun?"

"nyenyaknya tidur lo sampe siang bolong begini"

Dua sosok makhluk berseragam putih abu-abu dan 1 sosok wanita berbaju switter. Rio yasmin dan Mbak Anis memenuhi bola mata buramnya. Ia mengerjap beberapa kali dan bersahutan dengan uapannya.

"disini ngga enak. ngga bisa tidur nyenyak" ujar Reno parau akibat bangun tidur.

Ia melihat Mbak anis yang sudah melotot ke arahnya memberi isyarat; ngga boleh ngomong gitu !
Lagipula ia tidak bisa tidur terlalu nyenyak bukan karna keadaan dan suasana. Tapi karna sakit yang tadi malam menyayat nyayat tulangnya tiada ampun tadi malam dan obat pengurang sakitnya ada dirumah.

Reno tersenyum tidak enak, "tapi seenggaknya disini hangat buat gue"

"Maaf ya Ren, kamar gue emang ngga besar dan ngga ber AC. Jadi tidur lo kurang nyaman"

"yaelah yo. Gpp kali. Gue nyaman kok tidur disini"

"ngga nyenyak Lo bilang? Heh triplek goreng ! Lo tidur sampe tengah siang gini Lo bilang ngga nyenyak?" pekik Yasmin menggebu gebu.

Reno mendelik. "Penulis ngga bermutu" umpatnya.

Yasmin melotot dengan tatapan membunuh. "apa Lo bilang !"

Mbak Anis yang dari tadi diam hanya tertawa kecil dan mencoba melerai. Sedangkan Rio berdecak kesal; nonton tom&jerry lagi deh gue !

"triplek bekas !"

"gocil ! Gembrot o'on kecil !"

" huaa gue kagak gembrot !"

"tapi lo pendek !"

"muka kapas !"

"mulut beng beng !"

"Bola angus !"

"psikopat tokoh cerpen !"

"ngga mandi 6 hari jorok!"

"daripada Lu pendek !"

"STOOOOPPPPP !!!"

"HAHAHAHAHAHAHAHAAAAHHHAA..."

"rio ketawanya jangan kayak orang kerasukan ! Reno yasmin stop main kata kataannya ! Mbak pusing tau ngeliatnyaaaa !! Reno sana kamu mandi ! Abis mandi ke dokter kamu harus check up dan kemo" mbak anis menarik narik tangan reno agar turun dari ranjang.

Seketika suasana berubah menjadi mencengkam saat kata 'kemo' meluncur dari mulut mbak anis.

"mbak ! Reno nggak mau Kemo !!!" pekik Reno. Mukanya merah padam menahan marah.

"tapi reno.. Kemo itu demi kebaikan kamu !"

"iya ren kemoterapi kan demi lo juga"

"kita mau yang terbaik buat Lo ren. Please Lo mau ya di kemo.."

Kekesalan memuncak.

"reno ngga mau kemo ! Reno ngga mau kemo ! Reno ngga mau kemo !! RENO NGGAK MAU DI KEMO !!!" pekik Reno histeris dan langsung berjalan cepat ke kamar mandi dengan amarah yang memuncak muncak.

Mbak Anis dan Rio hanya bisa menatap nanar pintu kamar mandi yang baru saja ditutup kasar oleh Reno.
Yasmin hanya duduk di kursi yang tak jauh dari pintu kamar mandi.

"reno! kemoterapi kan ngga buruk juga !"

"Lo mau sembuh nggak sih Ren?"

Teriak Rio dan Mbak Anis saling bersahutan sambil menggebrak gebrak pintu kamar mandi itu.

"Gue nggak mau di Kemo !!!! Di kemo itu sakit ! Kalo ngga percaya silahkan coba sendiri !!" teriak Reno dari dalam dengan nada kesal.

"Terus Lo maunya apa?"balas Rio teriak lagi.

"GUE TUH MAUNYA KE PANTAI BUKAN KE RUMAH SAKIT ! GUE MAUNYA MAKAN ENAK KAYAK DULU BUKANNYA MAKAN OBAT OBATAN !! GUE TUH MAUNYA SENENG SENENG !! BUKAN DI PAKSA KEMO TERUS !!!"

Yasmin yang mendengar teriakan menjengkelkan Reno dari dalam kamar mandi pun emosinya menggebu gebu. Dengan langkah tergesa gesa ia melangkah ke depan pintu kamar mandi yang tertutup.

"HEH !! MISTER RENO TRIPLEK KAPAS KEPALA BOLA YANG NGESELINNYA TINGKAT NERAKA NAUDZUBILLAH   !! DENGERIN YA !! ORANG SAKIT ITU YA MAKANNYA OBAT ! CEK UP YA KE RUMAH SAKIT ! SIAPA BILANG KE DUKUN !!"

Rio dan mbak anis menahan nafas agar tidak tertawa. Pasalnya ejekan Yasmin sangat lucu !

Makhluk yang berada di dalam toilet itu nampak tak mengeluarkan suara.
Ketiganya mulai diselimuti resah.

"RENO !"

"MISS YASMIN DONGDONG YANG PENDEKNYA NGELEWATIN KURCACI PLANET MERKURI !! LO YANG NYEBELIN ! LO LEBIH NYEBELIN DARI KORUPTOR DI INDONESIA !! KAWININ AJA FARHAT ABBAS DEH LU !! GEMBROTT !!"

Yasmin kian cemberut "yaudah deh ren buka kek pintunya ! Ngga malu apa ngunci diri di kamar mandi orang lain?!! Dasar orang aneh!!"

Reno menautkan alisnya. "Lah? Lu yang aneh !! Bukannya tadi gue disuruh mandi ya? Ngapain pintunya pakek di buka segala?!!"

Yasmin Rio dan Mbak Anis Saling tatap sejenak lalu mereka terkikik geli.
Dan yang di dalam hanya mengangkat sebelah alisnya bingung..

*

To Be Continue !

Seputih Pasir (Part 14)



     Jika Tuhan berkenan
Izinkan aku menangis
Sejenak melupakan
Bahwa aku adalah seorang Lelaki..

Bukankah Lelaki juga kau beri sepasang mata dan air matanya sekaligus?

***

Gelar Yatim piatu melekat dalam dirinya
Ibunya tak lagi ada,
Ayahnya memang ada tapi tak jua kembali dan merintis hidup baru tanpa dia lagi. Sepertinya. apa itu yang dianggap masih ada?
Beberapa hari belakangan ini ia hanya menghabiskan hari-harinya dengan kebisuan. Membujuk keheningan menjadi sobatnya saat ini.
Mengaduh tiap malam akan kesakitan yang tanpa belas kasih menggeluti tubuh lemahnya.
Penampilannya sangatlah payah belakangan ini.
Matanya sayu sembab akibat hasil menangis dan kurang tidur. Bibirnya kian kering dan memutih karna tak ada asupan makanan dan cairan sedikitpun. Postur tubuhnya kian menyusut dan kurus sehingga siapapun iba melihatnya.

'Saatnya katakan Hello pada dunia !
bukankah sudah cukup Lo bertapa di kamar Lo itu? Gak kangen sama sekolah? Gak kangen sama gue dan Rio? Gak kangen sama si putih hitam dan oranye itu? Lo tega ngebiarin gue sendirian jadi obat nyamuk buat rio dan nalin?
Oke terserah kalo Lo bisa melihatnya mungkin Lo bisa lihat gue lagi angkat tangan disini '

' Selasa rabu kamis jum'at dan sabtu?
5 hari. Selama lima hari Lo jadi gaib. Wow.
Belum puas Lo ngerem di kamar itu? Yauda gak apa apa. Gue yang bakal nulis catetannya. Biar Lo ngga ketinggalan pelajaran. Take care bro ! '

Reno mendesah. Kini ia merasa menjadi orang paling kejam diseluruh langit dan bumi bahkan planet antares sekalipun.
Bukankah itu artinya ia menolak anugrah dari Tuhan?
Dengan diberi sahabat bak malaikat macam Yasmin dan Rio?
Yang memperlakukannya begitu lembut tulus dan seketika ia tampik dengan kasar itu semua.
Ia memeluk guling kesayangannya dan menekan dagunya dengan puncak gulingnya itu; Reno tampak sangat lucu saat itu.
Dengan tidur menyamping di kasurnya yang hangat seingat beberapa hari ini tak pernah di tinggalkan oleh si penghuni.

"Hhh.. Reno kangen Bunda"

Lirihnya pelan hampir tak terdengar.

"kangen Yasmin.. Kangen Rio juga" kali ini suaranya terdengar lirih dan bergetar.

Cklek !

Reno sedikit terkesiap saat seseorang membuka pintu kamarnya dan berjalan menghampiri ranjangnya. Seperti biasa tatapannya masih kosong.

"Masih ada yang sakit?"

Mbak anis sangat berharap pertanyaannya itu dijawab walau hanya anggukan ataupun gelengan kecil.
Namun sayang, Reno tetap mengunci suara rapat-rapat.

"mbak mau ke rumah sakit. Mau nebus obat. Kamu ditinggal dulu gak apa apa kan?"

"kamu mau nitip apa? Nanti pulang dari rumah sakit mbak beliin deh"

Mbak Anis sudah lelah mengoceh di depan keponakannya yang selalu dijawab dengan jawaban yang sama. Diam.

"hhh reno.."

-oOo-

"Assalamualaikum tante delly, maaf rio sama yasmim baru kesini lagi. Hehe, biasa tan persiapan ujian di sekolah. Tan kita kangen reno yang dulu, yang ceria tegar semangat bawel ngeselin yang ngajak yasmin berantem mulu. Tapi sekarang reno berubah tan. Jadi.. Pendiem sombong membisukan diri ngerem mulu di kamarnya ngga mandi mandi jorok deh tan pokoknya si reno sekarang. Huftt.. Tante, kita sayang sama anak tante, jadi tante ngga perlu khawatir. Kita akan terus jagain reno"

Yasmin hanya diam. Matanya panas. Dadanya sesak. Hanya isakan yang terdengar dari mulutnya. Air matanya telah habis saat mengetahui reno syok berat saat tante delly ㅡibu dari renoㅡ telah meninggal (just fiktif)

Rio dan yasmin mengadahkan telapak tangannya. Membacakan beberapa surat ayat suci Al-Qur'an untuk almarhumah ibu dari sahabatnya itu. Selepasnya mereka pun meninggalkan kuburan yang masih basah bernisan nama Ibundanya Reno tersebut.

-oOo-

Duk duk duk duk..

"udah yo, jangan main basket mulu. Nanti dehidrasi Lho" yasmin berujar tampa mengalihkan pandangan dari laptopnya yang sedang tampak asyik dengan jari yang menari di atas keyboard laptopnya. Seperti biasa. Menunaikan hobbynya.

"mau ke rumah Reno ngga Yas?"

"iyalah.. Tapi nanti pulangnya ke pantai dulu ya Yo. Udah lama ngga kesana"

"okey.. Hhh.. Reno oh reno kapan elo mau keluar.." rio bersenandung sambil mengelap keringat di dahinya.

Yasmin terkekeh, "setahun dua tahun tiga tahun lagi.. Oh renoo.. Kita kangen elu.. " Yasmin nguntit senandungan Rio.

"Ish, nyambung deh Lo Yas .. Nalin aku aku aku cinta kepadamu.. Kita bersama dan jomblo sendiri.. Makan kacang"

Yasmin mendelik, "belagu amat Lu, mentang mentang udah punya cewek" umpat Yasmin.

"yah.. tuhkan ! Sampe mana tadi gue nulis ya?" yasmin mendecak kesal.

"hahaha.. Dasar penulis abal abal Lo Yas" ujar rio agak berbisik; takut si Yasmin ngamuk !

"gue masih bisa denger ! Kok Lo lama lama jadi kayak Reno sih Yo ? Ah reno virus !"

-oOo-

[Reno.POV]
Angin Sore mendesir dan menyelinap lewat jendela kamarku dan menusuk dasar kulitku yang kini mungkin berwarna putih dan tercampur pucat juga.
Aku sadar betapa hancurnya aku saat ini. Betapa rapuhnya kehidupanku sekarang.

Angin begitu dingin merasuk tulangku.
Mungkin sama dinginnya dengan nasi goreng yang ada di meja kecil samping ranjangku.
Tapi nasi goreng itu tak sama lagi.
Tak sama seperti...

"Reno bekalnya jangan lupa, bunda udah buat nasi goreng kesukaanmu"

"bunda, reno anak laki-laki"

"lalu? Apa anak laki-laki tidak boleh membawa bekal masakan bunda?"

"Reno malu, bunda"

"ayolah sayang, bekal dari rumah lebih baik daripada jajanan di pinggiran jalan. Kamu tau? Tidak akan ada nasi goreng yang sama jika bunda tidak ada"

"bunda, selalu aja begitu. Yasudah reno bawa nasi gorengnya. Pasti lezat"

"baguslah. Ini baru anak bunda"

Bunda benar..
Nasi goreng di restoran bintang lima pun rasanya tetap hambar bila itu bukan buatan bunda.

Bunda, Mataku mengeluarkan air.. Aku menangis..
Bunda, maafkan reno.
Tak ada bunda. Reno tetaplah lelaki lemah yang bisa menangis.
Hapus Air mataku bunda.
Apa bunda tidak malu mempunyai anak cengeng sepertiku?
Hapuskan ini bunda..

"Reno"

"reno makan nasi gorengnya ya? Kalo tidak makan nanti kamu bisa kena maag"

Ayolah mbak, makan tidak makanpun takkan berguna untuk reno.
Paling tidak beberapa jam kemudian makanan itu akan berakhir menyedihkan di wastafel

"baiklah kalo kamu ngga mau makan. Reno, bicaralah. Mbak ngga kuat diginiin sama kamu. Mbak tau kamu sangat terpukul akan kepergiannya bunda kamu. Mbak juga. Mbak juga sedih di tinggalkan oleh kakak mbak satu-satunya. Kecelakaan itu mungkin adalah cobaan untuk bunda kamu, kamu, dan mbak anis juga. Bunda kamu menitipkan kamu ke mbak. Lihatlah sekarang kamu sangat kurus. Pucat. Ayolah berbicara. Atau makan makanan ini. Mbak ngga mau kamu mati konyol hanya karna ngga makan selama 5 hari penuh"

[author POV]
Ocehan mbak anis sama sekali tetap tidak di hiraukan oleh reno.
Pemuda berumur 17 tahun ini tetap bergeming pada posisi duduk tersender di kepala ranjang.

"mbak juga sedih reno. Mbak sedih lihat kamu kayak gini" suara mbak anis bergetar, ia telungkupkan kepala di tangannya yang ia lipat di samping busa kasur keponakannya. air matanya membeludak tak tega melihat kerapuhan keponakannya yang saat ini sedang menatap kosong keluar jendela kamarnya. Walau ia sendiri juga sedang rapuh.

"sekarang terserah kamu saja"

Entah mengapa Reno seperti tersentil saat suara lirih bercampur isakan dan Air mata yang mengalir deras itu menyapa telinga dan matanya.
Baiklah, sekarang ia merasa menjadi orang jahat kepada Mbak Anis.

Perlahan tapi pasti tangannya menyentuh lengan hangat Mbak anis yang jelas sangat kontras dengan suhu tubuhnya yang begitu dingin.

Air muka reno seakan berbicara; sudahlah jangan menangis. Maafkan Reno.

Mbak anis mengangkat kepalanya. Ia sedikit kaget dengan sentuhan yang dingin tiba-tiba menyapa kulitnya

"Mbak mohon kamu jangan seperti ini" ujar mbak anis pelan masih dengan sisa getaran isakannya.

"Mm..mbaa.. Aan..nis" suaranya reno begitu terdengar susah. Tenggorokannya seperti diserang kemarau panjang. Tak ada asupan cairan sedikitpun masuk ke mulutnya.

Mbak anis yang mengerti langsung mengambil gelas berisi air putih yang sedari tadi nganggur di meja kecil samping ranjang reno. Dan ia minumkan perlahan ke mulut reno.

"Reno mau Rio dan Yasmin" suara reno sangat pelan dan lirih namun mbak anis masih bisa mendengarnya.

Mbak anis mengangguk semangat dan menyeka sisa air mata di pipinya. Padahal selama keponakannya menjadi pemurung reno sama sekali tidak mengindahkan kehadiran sahabat-sahabatnya, "Mbak akan menelpon mereka sekarang juga"

Reno segera mencengkam tangan mbak anis dan Mimiknya berbicara; tidak perlu.

Reno tersenyum dan berujar pelan "Reno akan ke pantai. Mereka mungkin mereka ada disana"

Mbak anis menyipitkan matanya bingung; bagaimana ia yakin rio dan yasmin ada di pantai?

Mbak anis ragu. Pasalnya sekarang tubuh reno sedang sangat lemah.

"mbak antar ya" usul mbak nova.

"ngga usah. Reno masih bisa"

Ia bangun dari ranjangnya dan meringis pelan saat telapak kakinya bersentuhan langsung dengan dinginnya lantai. Ia berjalan sedikit tertatih menuju kamar mandi.
Reno yakin masih bisa melakukan semuanya. Semua yang dia mau selagi ia masih bisa.
Penyakit itu belum benar-benar membunuhnya.

*

To Be continue !