Kamis, 19 Desember 2013

Seputih Pasir (Part 4)

     "sebenernya seberapa parah sih?" tanya reno tiba tiba. Masih dengan rintihan kecil. "ko sakitnya banget !" lanjutnya dipadu dengan mimik kesal.
"kita periksa lagi ke dokter aja ya?" ujar yasmin. "lagian waktu itu kan lo belum denger ucapan tuh dokter sampe abis" lanjut rio.

"reno !" panggil seseorang.

Reno, rio maupun yasmin mau tak mau menengok ke belakang untuk memastikan asal muasal suara denging itu.
Betul saja seorang gadis dengan mimik menyesal. Entah apa yang mau dilakukannya.

"Nalin ? Ada apa?" tanya reno kepada gadis yang ternyata bernama Nalin.
"gue minta maaf atas perlakuan fero" ujar gadis itu masih menunduk sesal.
"oh. bilangin ya lin. bilangin ke pacar lo di fero itu jangan main kasar sama orang ! dan jangan bawa masalah pribadi ke publik! kampungan !" seru yasmin yang sepertinya nada membentak itu keluar lancar dari mulutnya.
"udah yas ! lin. mending lo jelasin ke fero kalo gue sama lo itu ngga ada hubungan apapun. biar dia ngga salah faham gini." ucap reno santai.

Nalin tanpa pamit dan basa basi hanya mengangguk pasrah dan berbalik haluan lalu pergi.
'gue maunya ada hubungan apa apa sama lo, reno !'  batinnya berbicara aku.

Yasmin dan rio hanya terpaku tak mengerti.

"sebenernya ada apa sih ren?" tanya rio penasaran. "bukan apa apa. io,yas ke kelas yuk! Udah bell dari tadi" jawab reno. "lho? Tadi katanya sakit? Mending kita pulang !" ujar yasmin semangat.
"yeh elo yas ! Demen deh kalo ninggalin pelajaran." sindir rio yang sudah tahu kebiasaan yasmin yang memang pada dasarnya malas belajar.
Yasmin hanya senyum kikuk.

"yuk ke kelas !" ujar reno dan segera memgambil bola sepak yang tergeletak diam di dekatnya untuk dikasih kepada pelatih.

Bug,bug,bug,bug...

"yaelah ren. Ngambil bola aja pake dijatohin segala" seru rio seraya membenarkan tali sepatunya.
"emmh.. Hehe.. Bolanya berat !" seru reno balik sambil cengengesan.
"berat apaan?" tanya yasmin yang sudah terdapat bola tadi di tangannya dengan sempurna "apa karna tangan kamu?"
"udah deh ayo masuk kelas! Ayo io. Yas!" seru reno mengalihkan pembicaraan, sudah berjalan. Agak tertatih sebenarnya.

'Aneh !' batin yasmin dan rio melihat sahabat yang dulu ceria, semangat dan kondang itu sekarang menjadi lebih misterius !

***
Aku memang tak tau kamu
Entah kamu sedang apa
Entah kamu berada
Entah kamu kenapa
Tapi satu hal
Aku selalu mengerti kamu sedang berbohong
Sadarlah !
Hati kita telah bersatu !

***

"Kemoterapi?"

Mbak anis hanya mengangguk dalam tunduknya.

Tak samar kata itu terdengar di telinga reno. Dia tahu apa itu. Tapi tak tahu seperti apa itu.

"kamu mau kan ren?" tanya mbak anis sekali lagi.
Reno hanya manggut manggut menurut.
"yang penting ngga sakit" ujar reno.
Yasmin menyentil pelan hidung reno "hei reno dewanto pemain basket amatir, and ronaldo KW sejuta ! Mana ada pengobatan yang ngga sakit !" ucap yasmin meledek.
Rio hanya mendelik kepada yasmin.
"sakit banget ya yas?" tanya reno kali ini sungguh iba.
"iya sakit ! Sakittt bangett !! Kaya ditusuk pedang samurai dua ribu kali !" yasmin berhasil menakuti reno hanya gurauan sebenarnya. Tapi ...
"jadi orang penyakitan itu susah ya yas. Lebih menyakitkan lagi kalo nyusahin orangㅡ" reno menatap lurus kedepan pandangannya kosong hanya senyuman getir yang tersirat di wajah orientalnya.

"hehehe ya ngga lah ren ! Gue cuma bercanda kok ! Lo mau kemoterapi kan?" tanya yasmin ragu.

"gue ngga tau yas, gue ngga suka dengan kesakitan. Tapi gue lebih ngga suka buat orang sakit karna penyakit gue" ucap reno, ya.. Kali ini dia serius.

"apa ngga ada cara lain mbak? Selain kemo?" tanya reno tatapan nya tetap teguh ke depan.

"lo mau di amputasi?" tanya mbak anis balik membuat reno, rio, bahkan yasmin tercengang dibuatnya.

'amputasi?' bagaimana dengan nasib bola orange yang nantinya mendingin tak ada yang memantulkan?
Bagaimana nasib bola hitam putih? Siapa yang menggiring dan menendang? Tanpa kaki? Apa bisa?

'kemoterapi !'

"nggak mbak ! Mbb..baik aku milih kemoterapi" ia pasrah menjawab.

-oOo-

"kak, reno memutuskan itu kemo. Apa kaka tidak mau melihat perjuangannya melawan semua? Akan lebih kuat jika reno mendapat kan kamu dan ayahnya tersenyum bangga dihadapannya." ujar mbak anis tentu saja lewat benda elektronik bersuara ini.
"aku masih belum siap liat semuanya nis ! Maaf." balas seseorang sana dengan nada mencengkam hati mbak anis mendengarnya.
"yasudah. Aku tidak memaksa. Asal kamu ingat kak. Semua tidak akan sama jika dia sudah tak ada. Assalamualaikum ka !" mbak anis menutup telpon dengan kasar.

-oOo-

"pagi io, yas" sapa reno tak sesemangat biasanya.
"hai juga ren, kurus-an lo ren? Diet? " sapa balik rio diselingi tanya.
"ngga tau" Reno hanya menggeleng dan tersenyum.
"reno gue punya puisi nih." ujar yasmin
"bacain" singkat kata.
Yasmin pun membacakan kertas di tangannya.

"Tak semudah satu tambah satu
Tak semudah alif ba ta tsa
Tak semudah mengeja kata
Tak semudah apa yang mudah
Tak pula sulit sesulit phytagoras
Tak sesulit shorof dan fiqih
Tak sesulit menghitung bintang di langit
Tak sesulit apa yang tersulit
Sederhana saja!
Sesederhana 'Aku Cinta Kamu' "

Tak berintoasi. Hanya bacaan datar. Tapi cukup membuat reno tertegun. Lama sekali.

'semoga lo peka ! tapi...?? Ahh.. Plis ren !' harap yasmin menduga duga.

"apaan tuh yas?" bisik rio mendekat ke kuping yasmin.

"narik bemo !" jawab yasmin berbisik balik tak perduli. Ia masih fokus terhadap reno.

"oh, iya Yas. Bagus banget. Emang deh lo itu pinter banget. Hehe.." ujar reno memasang mimik kikuk.

Yasmin menyeringai 'tuh kan ! Si reno ngga peka !'

*

To Be Continue !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar