Jumat, 20 Desember 2013

Seputih Pasir (Part 14)



     Jika Tuhan berkenan
Izinkan aku menangis
Sejenak melupakan
Bahwa aku adalah seorang Lelaki..

Bukankah Lelaki juga kau beri sepasang mata dan air matanya sekaligus?

***

Gelar Yatim piatu melekat dalam dirinya
Ibunya tak lagi ada,
Ayahnya memang ada tapi tak jua kembali dan merintis hidup baru tanpa dia lagi. Sepertinya. apa itu yang dianggap masih ada?
Beberapa hari belakangan ini ia hanya menghabiskan hari-harinya dengan kebisuan. Membujuk keheningan menjadi sobatnya saat ini.
Mengaduh tiap malam akan kesakitan yang tanpa belas kasih menggeluti tubuh lemahnya.
Penampilannya sangatlah payah belakangan ini.
Matanya sayu sembab akibat hasil menangis dan kurang tidur. Bibirnya kian kering dan memutih karna tak ada asupan makanan dan cairan sedikitpun. Postur tubuhnya kian menyusut dan kurus sehingga siapapun iba melihatnya.

'Saatnya katakan Hello pada dunia !
bukankah sudah cukup Lo bertapa di kamar Lo itu? Gak kangen sama sekolah? Gak kangen sama gue dan Rio? Gak kangen sama si putih hitam dan oranye itu? Lo tega ngebiarin gue sendirian jadi obat nyamuk buat rio dan nalin?
Oke terserah kalo Lo bisa melihatnya mungkin Lo bisa lihat gue lagi angkat tangan disini '

' Selasa rabu kamis jum'at dan sabtu?
5 hari. Selama lima hari Lo jadi gaib. Wow.
Belum puas Lo ngerem di kamar itu? Yauda gak apa apa. Gue yang bakal nulis catetannya. Biar Lo ngga ketinggalan pelajaran. Take care bro ! '

Reno mendesah. Kini ia merasa menjadi orang paling kejam diseluruh langit dan bumi bahkan planet antares sekalipun.
Bukankah itu artinya ia menolak anugrah dari Tuhan?
Dengan diberi sahabat bak malaikat macam Yasmin dan Rio?
Yang memperlakukannya begitu lembut tulus dan seketika ia tampik dengan kasar itu semua.
Ia memeluk guling kesayangannya dan menekan dagunya dengan puncak gulingnya itu; Reno tampak sangat lucu saat itu.
Dengan tidur menyamping di kasurnya yang hangat seingat beberapa hari ini tak pernah di tinggalkan oleh si penghuni.

"Hhh.. Reno kangen Bunda"

Lirihnya pelan hampir tak terdengar.

"kangen Yasmin.. Kangen Rio juga" kali ini suaranya terdengar lirih dan bergetar.

Cklek !

Reno sedikit terkesiap saat seseorang membuka pintu kamarnya dan berjalan menghampiri ranjangnya. Seperti biasa tatapannya masih kosong.

"Masih ada yang sakit?"

Mbak anis sangat berharap pertanyaannya itu dijawab walau hanya anggukan ataupun gelengan kecil.
Namun sayang, Reno tetap mengunci suara rapat-rapat.

"mbak mau ke rumah sakit. Mau nebus obat. Kamu ditinggal dulu gak apa apa kan?"

"kamu mau nitip apa? Nanti pulang dari rumah sakit mbak beliin deh"

Mbak Anis sudah lelah mengoceh di depan keponakannya yang selalu dijawab dengan jawaban yang sama. Diam.

"hhh reno.."

-oOo-

"Assalamualaikum tante delly, maaf rio sama yasmim baru kesini lagi. Hehe, biasa tan persiapan ujian di sekolah. Tan kita kangen reno yang dulu, yang ceria tegar semangat bawel ngeselin yang ngajak yasmin berantem mulu. Tapi sekarang reno berubah tan. Jadi.. Pendiem sombong membisukan diri ngerem mulu di kamarnya ngga mandi mandi jorok deh tan pokoknya si reno sekarang. Huftt.. Tante, kita sayang sama anak tante, jadi tante ngga perlu khawatir. Kita akan terus jagain reno"

Yasmin hanya diam. Matanya panas. Dadanya sesak. Hanya isakan yang terdengar dari mulutnya. Air matanya telah habis saat mengetahui reno syok berat saat tante delly ㅡibu dari renoㅡ telah meninggal (just fiktif)

Rio dan yasmin mengadahkan telapak tangannya. Membacakan beberapa surat ayat suci Al-Qur'an untuk almarhumah ibu dari sahabatnya itu. Selepasnya mereka pun meninggalkan kuburan yang masih basah bernisan nama Ibundanya Reno tersebut.

-oOo-

Duk duk duk duk..

"udah yo, jangan main basket mulu. Nanti dehidrasi Lho" yasmin berujar tampa mengalihkan pandangan dari laptopnya yang sedang tampak asyik dengan jari yang menari di atas keyboard laptopnya. Seperti biasa. Menunaikan hobbynya.

"mau ke rumah Reno ngga Yas?"

"iyalah.. Tapi nanti pulangnya ke pantai dulu ya Yo. Udah lama ngga kesana"

"okey.. Hhh.. Reno oh reno kapan elo mau keluar.." rio bersenandung sambil mengelap keringat di dahinya.

Yasmin terkekeh, "setahun dua tahun tiga tahun lagi.. Oh renoo.. Kita kangen elu.. " Yasmin nguntit senandungan Rio.

"Ish, nyambung deh Lo Yas .. Nalin aku aku aku cinta kepadamu.. Kita bersama dan jomblo sendiri.. Makan kacang"

Yasmin mendelik, "belagu amat Lu, mentang mentang udah punya cewek" umpat Yasmin.

"yah.. tuhkan ! Sampe mana tadi gue nulis ya?" yasmin mendecak kesal.

"hahaha.. Dasar penulis abal abal Lo Yas" ujar rio agak berbisik; takut si Yasmin ngamuk !

"gue masih bisa denger ! Kok Lo lama lama jadi kayak Reno sih Yo ? Ah reno virus !"

-oOo-

[Reno.POV]
Angin Sore mendesir dan menyelinap lewat jendela kamarku dan menusuk dasar kulitku yang kini mungkin berwarna putih dan tercampur pucat juga.
Aku sadar betapa hancurnya aku saat ini. Betapa rapuhnya kehidupanku sekarang.

Angin begitu dingin merasuk tulangku.
Mungkin sama dinginnya dengan nasi goreng yang ada di meja kecil samping ranjangku.
Tapi nasi goreng itu tak sama lagi.
Tak sama seperti...

"Reno bekalnya jangan lupa, bunda udah buat nasi goreng kesukaanmu"

"bunda, reno anak laki-laki"

"lalu? Apa anak laki-laki tidak boleh membawa bekal masakan bunda?"

"Reno malu, bunda"

"ayolah sayang, bekal dari rumah lebih baik daripada jajanan di pinggiran jalan. Kamu tau? Tidak akan ada nasi goreng yang sama jika bunda tidak ada"

"bunda, selalu aja begitu. Yasudah reno bawa nasi gorengnya. Pasti lezat"

"baguslah. Ini baru anak bunda"

Bunda benar..
Nasi goreng di restoran bintang lima pun rasanya tetap hambar bila itu bukan buatan bunda.

Bunda, Mataku mengeluarkan air.. Aku menangis..
Bunda, maafkan reno.
Tak ada bunda. Reno tetaplah lelaki lemah yang bisa menangis.
Hapus Air mataku bunda.
Apa bunda tidak malu mempunyai anak cengeng sepertiku?
Hapuskan ini bunda..

"Reno"

"reno makan nasi gorengnya ya? Kalo tidak makan nanti kamu bisa kena maag"

Ayolah mbak, makan tidak makanpun takkan berguna untuk reno.
Paling tidak beberapa jam kemudian makanan itu akan berakhir menyedihkan di wastafel

"baiklah kalo kamu ngga mau makan. Reno, bicaralah. Mbak ngga kuat diginiin sama kamu. Mbak tau kamu sangat terpukul akan kepergiannya bunda kamu. Mbak juga. Mbak juga sedih di tinggalkan oleh kakak mbak satu-satunya. Kecelakaan itu mungkin adalah cobaan untuk bunda kamu, kamu, dan mbak anis juga. Bunda kamu menitipkan kamu ke mbak. Lihatlah sekarang kamu sangat kurus. Pucat. Ayolah berbicara. Atau makan makanan ini. Mbak ngga mau kamu mati konyol hanya karna ngga makan selama 5 hari penuh"

[author POV]
Ocehan mbak anis sama sekali tetap tidak di hiraukan oleh reno.
Pemuda berumur 17 tahun ini tetap bergeming pada posisi duduk tersender di kepala ranjang.

"mbak juga sedih reno. Mbak sedih lihat kamu kayak gini" suara mbak anis bergetar, ia telungkupkan kepala di tangannya yang ia lipat di samping busa kasur keponakannya. air matanya membeludak tak tega melihat kerapuhan keponakannya yang saat ini sedang menatap kosong keluar jendela kamarnya. Walau ia sendiri juga sedang rapuh.

"sekarang terserah kamu saja"

Entah mengapa Reno seperti tersentil saat suara lirih bercampur isakan dan Air mata yang mengalir deras itu menyapa telinga dan matanya.
Baiklah, sekarang ia merasa menjadi orang jahat kepada Mbak Anis.

Perlahan tapi pasti tangannya menyentuh lengan hangat Mbak anis yang jelas sangat kontras dengan suhu tubuhnya yang begitu dingin.

Air muka reno seakan berbicara; sudahlah jangan menangis. Maafkan Reno.

Mbak anis mengangkat kepalanya. Ia sedikit kaget dengan sentuhan yang dingin tiba-tiba menyapa kulitnya

"Mbak mohon kamu jangan seperti ini" ujar mbak anis pelan masih dengan sisa getaran isakannya.

"Mm..mbaa.. Aan..nis" suaranya reno begitu terdengar susah. Tenggorokannya seperti diserang kemarau panjang. Tak ada asupan cairan sedikitpun masuk ke mulutnya.

Mbak anis yang mengerti langsung mengambil gelas berisi air putih yang sedari tadi nganggur di meja kecil samping ranjang reno. Dan ia minumkan perlahan ke mulut reno.

"Reno mau Rio dan Yasmin" suara reno sangat pelan dan lirih namun mbak anis masih bisa mendengarnya.

Mbak anis mengangguk semangat dan menyeka sisa air mata di pipinya. Padahal selama keponakannya menjadi pemurung reno sama sekali tidak mengindahkan kehadiran sahabat-sahabatnya, "Mbak akan menelpon mereka sekarang juga"

Reno segera mencengkam tangan mbak anis dan Mimiknya berbicara; tidak perlu.

Reno tersenyum dan berujar pelan "Reno akan ke pantai. Mereka mungkin mereka ada disana"

Mbak anis menyipitkan matanya bingung; bagaimana ia yakin rio dan yasmin ada di pantai?

Mbak anis ragu. Pasalnya sekarang tubuh reno sedang sangat lemah.

"mbak antar ya" usul mbak nova.

"ngga usah. Reno masih bisa"

Ia bangun dari ranjangnya dan meringis pelan saat telapak kakinya bersentuhan langsung dengan dinginnya lantai. Ia berjalan sedikit tertatih menuju kamar mandi.
Reno yakin masih bisa melakukan semuanya. Semua yang dia mau selagi ia masih bisa.
Penyakit itu belum benar-benar membunuhnya.

*

To Be continue !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar