Kamis, 19 Desember 2013

Seputih Pasir (Part 9)

    [POV reno]

"reno" aku menaruh agenda itu saat merasa ada yang memanggil namaku.
Tanpa seizinku orang itu tiba tiba menempelkan ujung stetoskopnya ke dadaku yang masih.terasa agak sedikit nyeri.
Well, ini sudah terbiasa.

"apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya orang itu begitu ramah. Aku bergeming sejenak.

"masih bernafas" jawabku singkat membuat dua orang didepanku terkekeh (?)

"baiklah, semoga kamu terus merasakan seperti itu. Saya permisi" dokter itu pun berlalu meninggalkan senyuman manisnya.

Bola mataku kini beradu dengan iris coklat tua. Yasmin. Ya yasmin. Siapa lagi?

"jangan tidur lagi Lo ! Awas aja" ocehnya ku balas dengan seringai.

"gausah nyeringai gitu ! Seringaian lo ngga sebagus amiir khan juga" cibirnya.

"yas, kakiku susah digerakin" keluhku. Yang memang bagian kaki kanan kiriku kini terasa kaku. Apa penyakit itu..?

"efek tidur mulu ! Cuekin gue mulu tuh!" ujar yasmin sambil mengkupas kulit apel dengan pisau (?) masa dengan bulu mata?

"rio mana?" aku mengedarkan seluruh ruangan memcari sosok Rio.

"lagi cari makan"

***

Seminggu kemudian aku sudah pulang. Ya lagipula aku bosan di gedung itu terus.

At my bedroom.

"rapih"

"iyalah. Gue yang bersihin tau"

"thanks ya yas" aku melontarkan senyum terbaikku.
Selama aku tidur mungkin aku merepotkan banyak orang.
I'm Sorry..

"reno, aku numpang keramas di kamar mandi kamu ya. Rambutku lengket banget" yasmin menyisir rambut lepeknya dengan jari.

Aku memberi anggukan.
Lalu yasmin berlalu begitu saja.

Aku berjalan kira kira tiga langkah dan saat ini aku tepat berdiri di depan cermin.
Aku melihat diriku disana.
Percis sekali dengan diriku.

[POV author]

"kurus"

"pucat"

"Buruk"

"apa tidak ada selain aku yang dapat kau plagiatkan hah? Setidaknya yang lebih baik dariku"

Reno tampak menyeringai dan cermin itu sangat fasih mengikutinya.

"lelaki lemah ! Ya gue udah tau sebelum lo tau. Lo ngga ngerti apa apa tentang gue"

Reno berbincang dengan cermin itu.

"Lo tau ngga gimana caranya biar gue sembuh dari penyakit sialan ini?"

Cermin itu masih bergeming. Bukannya menjawab ia malah terus mengikuti apa yang reno lakukan.

"oke fine. Ngga apa apa lo ngga jawab. Lagi pula gue ngga butuh jawaban lo" reno terkekeh miris.

"kenapa sih lo ngikutin gaya gue terus? Lo ngefans sama gue hah?"

Cermin itu tampak komat kamit mengikuti gerak gerik mulutnya

"plagiat hebat"

Reno membuka jaketnya dan tatapannya tetap bergeming pada cermin dihadapannya.

Dan cermin itu melakukan hal yang sama.

Ia tersenyum simpul.
Cermin itu tetap sebaya dengan dirinya.

"satu satunya yang lo ngga bisa plagiatin dari gue adalah perasaan gue"

Kesekian kalinya ia menghapus bulir bening yang mengalir di pipinya.

Dan cermin itu..
Tetap mengikutinya.

Reno nampak mulai kesal dibuat cermin itu.

Ia membuka kupluknya sejenak.

Cermin itu melakukan hal yang sama.

Ia pakai lagi kupluk tadi.

Cermin itu tetap bergeming mengikutinya tanpa lelah.

"cermin pintar !"

...
Ada air mata yang keluar dari mata seseorang yang tengah berdiri di ambang pintu sana melihat hal yang reno lakukan.

Betapa panasnya mata itu melihat semuanya.

"well.. Cermin pintar.. Apa yang lo pikirkan tentang gue dan kematian?"

Reno tersenyum simpul.

"lo bingung? Ngga apa apa. Gue udah tau jawabannya kok. Jawabannya adalah..."

"dekat"

"ya, gue dan kematian itu dekat. Bahkan dia udah jadi sobat gue."

Cermin itu mengikuti dengan sangat fasih gerak gerik reno.

"selain gue lemah dan sakit. Ternyata gue gila juga"
Reno terkekeh geli pada dirinya sendiri.
Tanpa disadari si cermin meneteskan air mata.

"kok lo nangis?"

"lo ngga lagi niru gue"

"gue ngga nangis"

"gue ngga pernah nangis"

"gue janji gue ngga akan pernah nangis"

"gue janji"

Seketika air mata di bayangan cermin itu semakin mengalir

"dan gue jamin gue akan ngingkarin janji itu"

*

To Be Continue !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar