Jumat, 20 Desember 2013

Seputih Pasir (Part 11)




     Apabila Matamu buta untuk melihat
Mulutmu bisu pula tuk berbicara
Telinga pun tuli guna mendengar
Tapi bukankah hati tak perlu melihat berbicara dan mendengar?
Merasakan pun telah cukup baginya..

***

"kak ?"

Kini Nalin terduduk di bangku yang sama bersama orang yang di cintainya. Reno.

"aku cintanya sama kak reno. Bukan dia" desahnya pelan namun masih cukup tersampaikan ke telinga pemuda berkulit coklat mulus yang ia panggil dengan sebutan 'Kak Reno' tersebut.

"ngga salah kok lin. Cuma, hati lo itu lebih pantes dicintai daripada mencintai tapi kosong harapan" reno tersenyum hangat. Matanya menatap hangat mata Nalin yang sedang meratapi tanah humus di bawah telapak sepatu ketsnya.

"tapi cinta ngga bisa dipaksa kan kak?"

Reno mengangguk pelan "dan mencintai juga ngga bisa dipaksa dong, hehe"

"jadi intinya kaka nolak aku?" suara Nalin penuh nada kecewa

"emang intinya Lo ini nembak gue?" reno terkekeh saat wajah nalin yang tertekuk itu sempat tertangkap iris coklat miliknya.

"emang kaka yakin, kalo dia itu suka sama aku?"

"seribuuuuu persen yakin ! Gue tau setiap tingkah, tatapan, gerak geriknya, sampe isi hatinya pun gue tau ! Lagian lo sama dia tuh punya banyak kesamaan"

"kesamaan? Apa itu kak?" bola matanya yang beriris hitam kebiruan itu kini sejajar dengan si iris coklat milik reno.

"simple,gayanya masih jadul, pinter, .. Ya kan?" tebak reno.

"oya? Kok aku ngga sadarin itu ya?" nalin bergumam sendiri.

"Karna lo terlalu sibuk bikin surat cinta buat gue !" reno tertawa sambil mengacak ngacak poni di dahi adik kelasnya itu yang sedang nampak bete.

"dasar kaka kelas usil !" nalin menyeringai pelan saat tangan reno terhenti megacak poniya yang sudah tak berbentuk.

"ergh!" reno mendesah keras memegang tangan kanannya yang sedang bergetar hebat dan kaku; seperti biasa saat penyakit satunya itu kambuh.

Nalin masih membuang mukanya dari reno.

"Good luck buat lo. Dan inget lin. Rio itu bukan orang yang gampang jatuh cinta. Dia setia." reno menepuk pelan pundak nalin meski tangannya kian sakit.
Dan meninggalkan senyumannya begitu saja kemudian berlalu.

Nalin tersenyum lalu bergumam pelan "gue akan terus mencintai lo kak. Tapi kalo cara lo itu bisa buat lo bahagia. Gue bakal mencintai dia sahabat lo" ia menarik nafas pendek
"kak Rio"

-oOo-

"abis dari mana lo?"

"hehe"

"kok nyengir?" yasmin masih sibuk dengan laptopnya sesekali ia terpejam; mencari inspirasi untuk cerpennya kali ini.

"ngobrol cinta cinta an anak kelas X" bisik reno tepat di telinga yasmin yang sontak mata yasmin membulat.

"mm..maksud?"

"Nalin"

Rio dengan gesit menengok asal muasal suara yang tertangkap oleh telinganya yang mencantumkan nama gadis yang sejujurnya ia cintai (?).

"kenapa io? Cengo gitu mukanya" reno terkekeh.

"eng.. Ngga" Rio tertunduk dalam.

Kayaknya mereka berdua udah jadian.
Ah, kenapa sih Lo, rio?
Jatuh cinta pertama aja udah strees gini.
Harusnya tuh lo denger harus siapin nyali sebelum jatuh cinta (?)

"selamat ya ren" rio mengulurkan sebelah tangannya dan tersenyum tapi terpaksa.

"selamat? Buat?" reno mengernyitkan dahinya. Begitu pula yasmin.

"Lo jadian sama Nalin kan?" tebak rio agak lesuh.

Deg !
Jadian sama nalin?.
Batin yasmin pilu.
Mana tega ia biarkan orang yang ia anggap sahabatnya. Ralat ! Lebih dari sahabatnya itu 'JADIAN' dengan gadis lain?

"hahaha ! Gue jadi merasa bersalah nih. Gosip dari mana tuh io?" tanya reno masih dengan tawanya.

"gosip? Bukannya fakta ya? Surat itu kan.."

"surat penyiksaan buat lo itu? Hahaha. Yaps. Itu emang surat siksaan buat lo. Emmp.. Maybe couse sahabatnya ditembak sama adik kelasnya yang dia cinta. And then. Itu sangat menyiksa buat lo dong?" reno menaik turun alisnya menggonda rio yang semakin bingung kepalang saja.

"gue ngga ngerti" ujar rio polos.

"oh, jadi Lo cinta sama Nalin gitu ren?" yasmin dengan sinisnya mengajukan pertanyaan yang sama sekali enggan mendapat  jawaban. Pasti menyakitkan !

"ya ngga lah. Gue kan cintanya ke elo" kali ini senyuman coolnya menghiasi wajah tampan itu.

Entah ruangan itu panas atau yasmin yang tiba tiba saja
Demam tinggi hingga kulit pipinya berubah warna menjadi merah padam.
Dan degub jantungnya kini sedang berdisko saat kata 'cinta' yang keluar dari bibir reno teruntuk nya? Realy?

"haha baru di gombalin gitu aja lo udah kayak kepiting anemia deh lo yas"

Yasmin memajukan beberapa centi bibirnya.

Ish ! Gue kira Lo cinta beneran sama gue!
Emang udah dasar ngga peka lo, ren !
Ia merutuki dirinya sendiri atas sikap reno.

"jahat lo, ren!" kali ini ia berhasil membuat reno terbahak bahak. Tapi matanya menangkap reno yang tangan kanannya dipegangi oleh tangan kirinya.  "kenapa tangan Lo?" tanyanya masih dengan sinis tapi terselip rasa khawtir di nadanya.

"sakit"
mau apa lagi? Ia bicara iya atau tidak pun tetap saja dua sahabatnya itu tahu ia sedang sakit.

"sakit banget?" tanya rio yang mengamati jelas tangan kanan reno yang bergemetar.

Reno menggigit bibir bawahnya. "ngga juga" jawabnya enteng.

"kok kalian ngga ke kantin?"

"kan nungguin elo ren. Yang ngilang tiba tiba." yasmin melipatkan kedua tangannya di atas meja.

"oiya, pulang sekolah kalian duluan aja. Gue ada tanding futsal." ujar reno sambil duduk di bangkunya; disamping rio.

"nggak !" pekik yasmin dan rio kompak.

"why?" reno merengut bingung.

"kita bakal selalu ada di samping lo !" ujar yasmin menegaskan.

Reno mendesah nafas pelan. "gue tau gue ganteng plus keren kece pula, tapi ngga usah nempel juga kali. Serasa seleb deh gue cyin" ungkap reno sambil tersenyum simpul.
Rio dan yasmin hanya mendecak; narsisnya reno kumat !

-oOo-

"erggh!" entah sudah keberapa kali ia mengerang seperti itu di toilet setelah jam pelajaran terakhir telah selesai.
Sangat menyiksanya bersama dengan batuk dan muntahnya yang silih bergantian mengoyah tubuh itu.
Dan tulang di tubuhnya yang terasa telah menambah penderitaannya saat menyadari setengah jam lagi ia tanding di lapangan futsal.

"kuat reno, kuat ! Uhuk! Uhukk !"

Ia tak boleh selemah ini di lapangan itu.
Lagi-lagi karna fero yang menantangnya karna kertas (surat cinta) milik nalin untuknya telah sampai ke tangan fero dan membuat api kebencian berkobar di qalbu fero.

"banyak banget" desisnya pelan saat irisnya menangkap banyak darah merah pekat di wastafel dan juga cermin di hadapannya ia melihat disekeliling bibir, mulut, juga pipinya terdapat bercak darah yang keluar dari hidung dan mulutnya.

"sekali aja ya Allah, reno mohon. Sekali ini aja. Kuatkan reno buat menangin futsal kali ini. Reno mau bahagiain Rio. Sahabat reno. Sekali aja ya Allah" gumamnya pelan. Sangat pelan.
Entah angin apa yang akan menyampaikan do'a itu pada Tuhannya.

~[FlashBack 2 hours ago 'On]~

Kepalan tangan itu terhenti begitu saja nyaris mengenai kulit pipi reno.

"gue bukan psikopat yang ngebunuh pelan pelan orang munafik kayak lo ! Gue mau jam 2 siang nanti gue tantang lo tanding futsal. Dan kalo lo menang lo boleh minta apa aja dari gue. Dan kalo lo kalah gue yang bakal dapet segalanya dari lo ! Deal ?" Fero mengulurkan tangannya.

"gue ngga bakal sudi tangan gue tersentuh sama kulit lo yang penuh dengan aura bejad itu !" reno menepis kasar tangan fero.

"kalo lo kalah, lo harus relain Nalin jadi milik Gue !" ujar reno pelan namun sangat menekan.

Itung itung gue menambah amal baik gue ini dengan membantu sahabat gue. Buat Lo Rio.
Gadis yang mampu mencairkan hati beku lo.
Batin reno bersorak riang.

reno berlalu dari hadapan fero yang nampak sedang kesal tingkat ababil.

[FlashBack Off]

"demi rio !"

"demi rio"

"demi sahabat gue"

Bruakk !!

Seseorang mendobrak keras pintu toilet pria itu saat bersamaan juga dengan tubuh reno yang hampir ambruk di depan wastafel yang bersimbah darah.

"reno !" pekik Lelaki berpostur tinggi langsung memburu tubuh reno dan menjejalkan kira kira 4 pil obat ke mulut reno yang masih di penuhi darah segar.

"telan ren ! Telan obatnya ! Gue mohon !" seru Lelaki itu cemas saat melihat sahabatnya dengan pelan menutup matanya dan melihat nafas reno memburu cepat.

"jangan tutup mata ren! Gue mohon buka mata lo !" lanjut lelaki itu.

"sa., sakit io" keluh reno lagi. Rasanya osteosarcoma itu cukup membuat tenaganya terkuras lebih banyak daripada berjam jam bermain futsal dan basket.
Tubuhnya begitu lemas.

Ini sangat menyakitkan !

"sabar ren, obatnya bentar lagi bereaksi" rio lebih kuat merengkuh reno dan membersihkan darah di hidung juga mulut reno dengan lengan jaket abu abu yang melekat di tubuhnya.

"mm.. Ma.,ka,, shii, io" desisnya pelan dan perlahan membuka mata sayunya kembali. Rio tidak berbohong. Sakit yang memporak porandakan tubuhnya berangsur angsur hilang. Itupun setelah ia memaksakan menelan 4 pil sekaligus tanpa air.

*

To Be Continue !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar