Jumat, 20 Desember 2013

Seputih Pasir (Part 12)



     Teman Sejati
Sungai kehidupan
yang membuat arus hidupku
tak lagi keruh
Membantuku tuk mencari jati diri
yang sejati

Kenalkan
Dia Sahabat Ku..

***

Kedua mata yang sama-sama makna akan sorotan tajam itu.
Kini berdiri di tengah lapangan indoor di sekolah megah ini.

Sebuah benda bundar bercorak hitam putih itu harus rela menjadi korban akan keganasan 2 pria tampan.

Sang ketua osis dan seorang yang bergelar mvp.

"Fero, Kak Reno ! Mereka ada masalah apa lagi sih" pekik seorang gadis yang masih terengah engah. Habis berlari sepertinya.

"apa Lo ngga malu Nalin?"

Suara itu. Suara wanita yang sudah Nalin hafal suara siapa itu. Membuatnya bingung seketika.
Malu? Apa lagi ini?

"maksudnya apa ini kak?"

"Lo ngga malu dijadiin bahan TARUHAN ?" bisik Yasmin tajam tepat beberapa centi di telinga Nalin.

"taruhan?"

Reno menggoncek bola dengan fasih, dari sudut kanan muncul anggota tim Fero dan merebut bola dari kakinya. Lalu direbut kembali oleh anggota tim Reno. Dan temannya mengoper tepat dan bola menggelinding gesit menuju kakinya. Dilihatnya kedepan tak ada yang menghalang segera ia tendang kencang bola itu ke arah gawang dan..

Strike !
Gool !! Reno mencentak angka ke 2 setelah sebelumnya angka ke satu dicetak oleh teman salah satu anggota timnya.

"heh !! mainnya yang bener dong Lo semua ! Jangan loyo kayak anak balita yang masih makan lolipop !! Masa main futsal doang kalah sih lo semua !! Gue nggamau tau ! Kita harus menang !! Ngerti lo semua?!!!" Fero berceloteh ria di hadapan teman teman satu timnya. Lalu menengok ke arah reno  memandangnya sinis.
Dari sudut sana Reno hanya tersenyum yang sangat sulit di artikan.
Tatapan tajam titisan elang itu seketika hiang. Hampir meredup.

Suasana yang tadi ricuh seketika menjadi hening dan kasak kusuk sarat akan khawatir, heboh dan cemas menjadi satu saat tubuh Reno terhuyung dan terjatuh.
Reno menyadari ada cairan merah pekat yang menetes jatuh dari hidung mancungnya.
Ia mimisan.. Lagi.

Pandangannya kabur, dadanya sesak, seluruh tubuhnya kaku.

Ia tak mampu merasakan apapun lagi.
Tak tahu apa-apa yang di sekitarnya.
Yang ia tahu hanya satu hal.
'INI SANGAT SAKIT'

"RENO !!"

Dan semua gelap.

.
.

"Hhh.."

"Lo udah sadar Ren? Nih minum obatnya dulu" yasmin menyodorkan segelas minuman dan 2 butir tablet juga 1 butir kapsul.

"hmm..bentar napa. Baru bangun juga udah langsung si cengkokin begituan mulu. Bisa bisa gue bukan mati gara-gara osteosarcoma. Tapi mati gara-gara overdosis tau" oceh Reno yang baru saja sadar dari pingsannya.
Yasmin terkekeh pelan mendengar celotehan lucu Lovriend 'Love friend' nya itu.

"tadi Lo mimisan lagi, mukanya juga pucet, tangan dingin, huahh payah deh pokonya Lo tadi. Mana di tengah lapangan pula. Ngga malu apa tuh?" giliran yasmin yang berceloteh.

Reno memasang tampang polos, "udah biasa. Gue dari dulu kan emang udah payah"

Yasmin menghela nafas; 'huh ! iya juga sih, makanya Lo sembuh kek Ren.
Gumamnya dalam hati.

"yaudah nih obatnya !"

"Futsalnya gimana?" tanya Reno setelah ia meneguk beberapa air ke mulutnya.

"digantiin sama Rio"

"Rio? Dia bisa main basket? Dia gantiin gue? Serius Lo Yas?"

Yasmin mangut-mangut.

Reno meyeringai bangga.
Ternyata rencananya lebih mulus daripada strategi sebelumnya.

Tiba-tiba hawa hangat menyentuh beluk tubuh Reno.
Yasmin memeluknya !
Entah sadar atau tidak di gumpalan kebingungannya ia mengembangkan senyum di bibirnya yang agak sedikit pucat

"Jangan tinggalin gue, Reno. Gue tadi khawatir banget" yasmin sigap menyeka pipinya saat mulai terasa sungai kecil di pipinya mulai mengalir.

Senyumnya semakin mengembang dan ia berlirih "hmm, maaf ya tadi udah bikin Lo khawatir. Gue ngga maksud bikin Lo cemas. Kalo gue sembuh tetap peluk gue ya Yas. Dan kalo gue udah ngga bisa ngerasain sakit itu lagi tetap peluk gue.
Dan kalo Lo ngga bisa peluk gue, gue yang akan peluk Lo"

-oOo-

"Ren ! Lo menang ! Selamat ya !" Rio memeluk Reno dan penepuk nepuk pundak sahabatnya itu.

"Lo yang menang. Bukan gue. Selamat ya io !"

"gue?" rio melepaskan pelukannya.

"iya elo. Kan Lo yang gantiin gue. Jadi yang menangin ini itu Elo bukan gue. Ada hadiahnya lho.."

Rio mengangkat sebelah alisnya.

Reno melirik Nalin sambil tersenyum sumringah.

-oOo-

"gue ngga nyangka. Serius. Gue ngga nyangka. Ini mimpi kan? Jangan bangunin gue kalo ini mimpi"

Dari tadi Rio masih tak percaya dengan apa ide gila Reno.

"hahaha, dasar reno. Tadinya tuh dia mau pura-pura unfall di tengah lapangan terus minta Rio yang gantiin. Drama banget. Eh ternyata dia sekarat beneran. Kualat sama sahabat tuh. Huuu !" Yasmin cekikikan melihat tampang Reno yang nampak sudah kesal tingkat neraka itu.

"Gue mati beneran nangis nangis deh tuh di nisan gue !" gerutu Reno kesal dan melampiaskannya pada baso tak berdosa yang di tusuk tusuk oleh garpu di tangannya.

Hening.

Yasmin langsung diam. Ia tak berani bicara apa-apa lagi kalau reno sudah berbicara tentang 'kematian'
Pasalnya akhir-akhir ini sering sekali Reno berbicara melantur.

"Aku ngga ngerti deh. Sumpah" aku Nalin polos memecah keheningan.

"udah anak kecil makan aja tuh basonya nanti keburu dingin." Rio mengusap rambut Nalin lembut.
Tak ia sangka ternyata ini rasanya mencintai seseorang dan ini rasanya memiliki kekasih.
Tapi apalah arti kekasih bila ditinggal sahabat?
Begitulah prinsip Rio.

"ekhemm.. Aduh co cweet nih pasangan cinta salah alamat" ujar yasmin berbisik sambil menggoda goda.

Reno tertawa terpingkal pingkal betapa merah meronanya pipi sahabatnya. Rio. Dan nalin. orang yang pernah mencintainya dan menolak cinta adik kelasnya.

"cari pacar dong kak" yasmin melotot kepada Nalin saat ucapan polosnya itu terlontar tepat mencelos di hatinya.

'mau nyari pacar gimana? Cowoknya aja kagak peka begini' yasmin melirik sinis kepada Reno yang tampak masih asik dengan kegiatan tusuk menusuk (?) pada basonya itu.

Reno tiba-tiba berujar "iya yas. Cari pacar. Mau gue comblangin juga? Kayak Rio? Hehehehe"

Yasmin panas. Entah berapa derajat suhu di bumi ini. Ia sangat kesal atas Reno.

"Lo juga belum cewek koplak !"

Kini rio dan Nalin yang tertawa terbahak bahak.
Reno diam saja. Perutnya mual.
Membuatnya refleks menutup mulutnya yang serasa ingin memuntahkan seluruh isi perutnya.

"kenapa lagi?" tanya Yasmin lembut meskipun masih ada rutukan rutukan yang tersisa di lubuk hatinya.

"ngga apa-apa. Cuma mual," lirih reno

"udah telat berapa minggu emangnya kak?" Nalin mulai gak connect.

Reno memanyunkan bibirnya beberapa centi.

Yasmin dan Rio sejenak saling tatap. Sedetik kemudian tawa mereka benar benar menggema di sudut kantin, "Hahahahahahahahaha!!!"

*

To be Continue !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar